Sanggar Keluarga Wartoyo Langgeng (SKWL) Nusantara memiliki cara unik menggunakan media seni budaya, untuk menarik perhatian umat Islam yang ingin memanfaatkan waktu ngabuburit, menjelang buka puasa Ramadan 1445 H.
Sanggar Keluarga Wartoyo Langgeng (SKWL) Nusantara memiliki cara unik menggunakan media seni budaya, untuk menarik perhatian umat Islam yang ingin memanfaatkan waktu ngabuburit, menjelang buka puasa Ramadan 1445 H.
Ya, dalang wayang kulit, Ki Wartoyo selaku pembina dan sekaligus pemilik SKWL menggelar wayang kulit di Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali yang menjadi lokasi pusat berkesenian SKWL.
Ya, dalang wayang kulit, Ki Wartoyo selaku pembina dan sekaligus pemilik SKWL menggelar wayang kulit di Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali yang menjadi lokasi pusat berkesenian SKWL.

Asyiknya Ngabuburit dengan Nonton Wayang Kulit di Boyolali

28 Maret 2024 18:44
Boyolali: Sanggar Keluarga Wartoyo Langgeng (SKWL) Nusantara memiliki cara unik menggunakan media seni budaya, untuk menarik perhatian umat Islam yang ingin memanfaatkan waktu ngabuburit, menjelang buka puasa Ramadan 1445 H.

Ya, dalang wayang kulit, Ki Wartoyo selaku pembina dan sekaligus pemilik SKWL menggelar wayang kulit di Desa Tegalgiri, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali yang menjadi lokasi pusat berkesenian SKWL.

"Ya kami memilih kesenian wayang kulit, yang pada masa silam menjadi media syiar Islam di Jawa Tengah oleh Sunan Kalijaga selaku Wali Songo. Dan akan kami jadikan tradisi," kata Ki Wartoyo kepada wartawan terkait kegiatan kesenian ringgit wacucal sebagai tontonan bermanfaat menunggu buka puasa.

Pada Rabu, 27 Maret 2024 sore, SKWL memanfaatkan waktu ngabuburit dengan pertunjukkan wayang kulit di halaman sekretariat sanggar, mengambil lakon 'Lahire Wisanggeni'. Setelah berbuka puasa dan sholat tarawih, pertunjukkan dilanjutkan.

Wartoyo mengutarakan, melengkapi prosesi ngabuburit dengan kesenian wayang, pihaknya menyediakan menu buka puasa digelar di atas daun pisang yang memanjang hingga 200 meter. Hal ini menunjukan kebersamaan antar warga dari berbagai kalangan.

"Usai ngabuburit bareng dengan pagelaran wayang kulit, maka kita bersama warga menikmati menu buka puasa,yang mana makanan disajikan beralaskan daun pisang. Ini sebagai wujud membangun kebersamaan antar warga," imbuh dia.

Yang jelas, lanjut dalang kondang Boyolali itu, bahwa dengan pagelaran wayang kulit, selain sebagai syiar agama Islam sekaligus mengenalkan seni budaya Jawa terhadap warga masyarakat serta anak anak yang hadir ditempat ini.

"Wayang kulit ini sebagai syiar agama Islam, dan sekaligus memperkenalkan seni Jawa terhadap warga dan anak anak," pungkas Ki Wartoyo. MI/Widjajadi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(CDE)

Gaya Ramadan 2024 ngabuburit Buka Puasa wayang kulit Jawa Tengah