Country Director PT Onduline Indonesia, Esther Pane. Foto: Istimewa.
Country Director PT Onduline Indonesia, Esther Pane. Foto: Istimewa.

Peran Arsitektur dalam Bisnis Berkelanjutan

Arif Wicaksono • 19 Oktober 2025 08:01
Jakarta: Di tengah meningkatnya kesadaran global terhadap keberlanjutan, arsitektur memainkan peran strategis dalam membentuk wajah bisnis masa depan. 
 
Tak lagi hanya berbicara soal estetika, kini desain bangunan menjadi fondasi bagi perusahaan yang ingin menjalankan operasi secara efisien, ramah lingkungan, dan bertanggung jawab sosial.
 

Semangat inilah yang tercermin dalam penyelenggaraan Onduline Green Roof Award (OGRA) 2025, ajang tahunan yang digagas oleh PT Onduline Indonesia bekerja sama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta sebagai bagian dari Jakarta Architecture Festival (JAF) 2025.
 
Dengan mengusung tema “Expressive Roofing: Beyond Shelter Towards Identity”, OGRA 2025 tidak hanya menjadi perayaan karya arsitektur, tetapi juga ajang untuk menginspirasi bagaimana desain dapat menjadi bagian dari strategi bisnis berkelanjutan.

Dalam sambutannya, Country Director PT Onduline Indonesia, Esther Pane, menekankan bahwa sejak OGRA pertama kali diluncurkan pada 2013, inisiatif ini merupakan bentuk nyata komitmen Onduline untuk mengembangkan solusi desain yang lebih hijau.
 
“Profesi kita sebagai arsitek bukan sekadar menghasilkan karya yang bagus dan dikenal, tetapi karya yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan ekologi,” ujar Esther dikutip Minggu, 19 Oktober 2025. 
 
Pernyataan itu mencerminkan perubahan paradigma: keberlanjutan kini bukan hanya isu moral, melainkan strategi bisnis yang menentukan daya saing jangka panjang. Dalam konteks ini, arsitektur berperan sebagai medium yang menjembatani visi perusahaan terhadap efisiensi energi, penggunaan material ramah lingkungan, dan penciptaan ruang kerja atau publik yang sehat.
 
Kolaborasi antara Onduline dan IAI Jakarta juga menandai pentingnya kemitraan lintas sektor dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
 
Ketua IAI Jakarta Teguh Aryanto menyebut bahwa kompetisi seperti OGRA memberikan ruang bagi arsitek untuk lebih bebas mengekspresikan gagasan berkelanjutan yang sering kali sulit diterapkan dalam proyek komersial biasa.
 
“Sayembara seperti ini justru penting karena membuka ruang eksplorasi desain yang ekspresif, inovatif, dan tetap berpijak pada tanggung jawab lingkungan,” ujar Teguh.
 
Teguh juga menegaskan bahwa keberlanjutan tidak hanya soal material atau efisiensi energi, tetapi juga soal inklusivitas bagaimana karya arsitektur dapat diakses dan dinikmati oleh semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas.
 
“Jangan sampai suatu hari anak cucu kita itu protes karena sumber daya alam dihabiskan oleh generasi kita sekarang. Seperti mungkin, saat ini kita kadang menyalahkan generasi pendahulu kita, ketika awareness mengenai isu keberlanjutannya terlambat. Nah, jadi jangan sampai anak cucu kita suatu hari menyalahkan generasi kita.” tutup Teguh.
 
OGRA 2025 menampilkan berbagai karya yang menempatkan atap sebagai elemen ekspresif sekaligus fungsional dari sistem pencahayaan alami hingga ventilasi pasif yang membantu mengurangi konsumsi energi.
 
Menurut Almodani, Chairman OGRA 2025, desain atap bukan hanya pelindung bangunan, melainkan juga medium ekspresif yang menghubungkan fungsi, estetika, dan kesadaran
lingkungan.
 
“Seluruh karya mencerminkan semangat untuk menjadikan atap sebagai elemen arsitektur yang hidup, berkarakter, dan berkelanjutan. Dari gagasan menjadi karya, dari karya menjadi warisan,” ujarnya.

Membangun Masa Depan Bisnis Melalui Desain

Arsitektur berkelanjutan kini menjadi bagian integral dari strategi bisnis modern—mendukung efisiensi biaya operasional, memperkuat citra merek, dan memenuhi ekspektasi konsumen yang kian sadar lingkungan.
 
Melalui OGRA 2025, Onduline menunjukkan bahwa keberlanjutan bisa diwujudkan secara nyata melalui desain, material, dan kolaborasi lintas industri.
 
“OGRA 2025 menjadi simbol bagaimana arsitektur Indonesia terus berkembang dengan menyeimbangkan ekspresi desain dan kepedulian terhadap lingkungan,” tutup Esther Pane.
 
Arsitektur yang sadar lingkungan bukan lagi pilihan idealis, melainkan kebutuhan strategis. Ketika dunia usaha berlomba menerapkan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance), desain bangunan menjadi wajah dari komitmen itu.
 
Melalui ajang seperti OGRA, arsitektur Indonesia membuktikan bahwa bisnis dan keberlanjutan dapat berjalan beriringan membangun bukan hanya ruang, tetapi juga masa depan. 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan