ASEAN Regional Program Manager Global Reporting Initiative (GRI), Lany Harijanti dalam acara Ngulik
ASEAN Regional Program Manager Global Reporting Initiative (GRI), Lany Harijanti dalam acara Ngulik

Pembaruan Standar Dorong Laporan Keberlanjutan Lebih Relevan

Muhammad Syahrul Ramadhan • 27 September 2025 19:34
Jakarta: Laporan keberlanjutan semakin berkembang, bukan lagi sekadar kegiatan perusahaan. Ia menuntut data yang akurat, klaim yang didukung bukti, serta standar yang diperbarui sesuai kebutuhan investor maupun publik.
 
Hal itu menjadi sorotan dalam Ngulik, acara bulanan Indonesian Society of Sustainability Professionals (IS2P). Forum ini menghadirkan Lany Harijanti, ASEAN Regional Program Manager Global Reporting Initiative (GRI), serta Salman Nursiwan, Sustainability Expert KTM Solutions. 
 
Lany menjelaskan bahwa GRI Standard tetap menjadi rujukan global berkat proses penyusunan yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masukan dari IS2P. “Sejumlah pembaruan penting sedang berjalan agar laporan keberlanjutan lebih menjawab tantangan saat ini,” jelasnya.

Beberapa pembaruan mencakup pelaporan yang diperluas dari employees ke workers, termasuk pekerja kontrak maupun yang berada di bawah kendali perusahaan. Untuk isu iklim, GRI meluncurkan standar baru, GRI 102, yang mewajibkan perusahaan menyampaikan transition plan, skenario adaptasi, serta target pengurangan emisi rinci untuk Scope 1, 2, dan 3.
 
Menurut Lany, pembaruan tersebut menekankan pentingnya akurasi dan keterbukaan.
“Kalau perusahaan menyatakan target pengurangan emisi, harus jelas dasar perhitungannya dan dapat diverifikasi. Klaim tanpa bukti hanya akan menimbulkan risiko greenwashing,” ujarnya.
 
Ia menambahkan, GRI juga tengah memperkuat interoperabilitas dengan standar IFRS.
“GRI fokusnya kepada dampak sosial dan lingkungan, sedangkan IFRS pada financial materiality. Keduanya saling melengkapi untuk menjawab kebutuhan publik maupun investor,” katanya.
 
Baca juga: Mengorkestrasi Strategi Kepemimpinan Berkelanjutan untuk Dominasi Era Digital

 
Sementara itu, Salman menekankan bahwa pembaruan standar penting untuk memastikan laporan keberlanjutan tidak berhenti sebagai formalitas. Ia menyebut GRI telah berkontribusi besar dengan menyediakan metrik yang seragam dan metodologi yang jelas.
 
“Dengan ukuran yang universal, hasil laporan bisa dilacak, diuji, dan dipertanggungjawabkan. Ini membantu perusahaan membangun kepercayaan,” ungkapnya.
 
Salman menambahkan bahwa banyak perusahaan masih menetapkan target ambisius tanpa baseline dan metrik yang memadai. “Tanpa baseline, sulit mengukur progres. Pembaruan standar mendorong perusahaan untuk lebih realistis sekaligus transparan,” tegasnya.
 
Ia juga menyoroti perlunya melihat isu materialitas secara dinamis, bukan sekadar dari mayoritas suara pemangku kepentingan, melainkan dari analisis risiko jangka panjang.
Menurutnya, digitalisasi laporan akan mempercepat umpan balik dan memperkuat akuntabilitas.
Pelaporan yang lebih mutakhir juga perlu memperhitungkan perspektif etika lintas generasi dan lingkungan hidup.
 
Diskusi yang digelar IS2P itu menunjukkan bahwa keberhasilan laporan keberlanjutan tidak hanya bergantung pada kepatuhan regulasi.
Faktor lain yang menentukan adalah kemauan perusahaan untuk terus memperbarui praktiknya.
 
“Standar yang diperbarui membantu perusahaan menyesuaikan diri dengan isu-isu terkini seperti iklim, hak pekerja, hingga tata kelola. Laporan yang baik bukan sekadar kewajiban, tetapi sarana untuk membangun kepercayaan,” kata Lany.
Senada, Salman menekankan bahwa pembaruan standar adalah jalan untuk memperkuat akuntabilitas.
 
“Transparansi berarti berani membuka capaian sekaligus keterbatasan. Dari situlah laporan keberlanjutan menjadi bermakna,” pungkasnya.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(RUL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan