Tempe jadi salah satu bahan pangan berkelanjutan. Foto: dok FTI.
Tempe jadi salah satu bahan pangan berkelanjutan. Foto: dok FTI.

Tempe Jadi Bahan Pangan Berkelanjutan

Ade Hapsari Lestarini • 25 November 2023 14:36
Jakarta: Efek pemanasan global mengakibatkan terjadinya cuaca ekstrem, banjir dan kekeringan yang bisa memicu krisis pangan. Petani adalah kelompok terdepan yang paling merasakan dampak perubahan iklim.
 
Para petani bisa mengalami penurunan produksi bahkan kegagalan panen. Ini indikasi nyata bumi sedang tidak baik-baik saja. Pentingnya konsep keberlanjutan dalam menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global menjadi sorotan belakangan ini.
 
Bahan pangan yang bisa diolah secara berkelanjutan salah satunya adalah tempe. Hal ini bisa dilakukan mulai dari segi pertanian kedelai sebagai bahan baku utama pembuatan tempe, proses produksi hingga mencoba menginisiasi peran serta konsumen dalam memilih produk pangan ramah lingkungan.

Fadlilla Dewi Rachmawati yang mewakili Croplife Indonesia memberikan paparannya terkait peran bioteknologi terhadap masa depan pertanian. Rekayasa genetika benih tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim dan pemanasan global sangat dibutuhkan guna menjaga stabilitas pangan agar terhindar dari krisis pangan global.
 
"Rekayasa benih pangan dengan bioteknologi, salah satu solusi bagi dunia pertanian dalam menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global. Pengembangan benih tanaman bioteknologi telah melalui proses penelitian yang panjang dan tak mudah," ujar members of Biotechnology & Seeds Croplife Indonesia itu, dalam diskusi bertema Tema Tempe & Sustainabiliy "From Farm to Plate", yang digelar Forum Tempe Indonesia (FTI), dilansir keterangan resmi, Sabtu, 25 November 2023.
 
Menurut dia, satu benih hasil rekayasa genetika bisa menempuh hingga belasan tahun sampai lolos berbagai ujicoba dan dinyatakan layak dan diproduksi massal dan kemudian dikonsumsi sebagai bahan pangan dan pakan.
 

Industri kedelai AS


Country Director USSEC (U.S Soybean Export Council) Indonesia Ibnu Wiyono mengatakan pertanian di Amerika Serikat sangat ketat menerapkan praktik pertanian yang berkelanjutan. Hasilnya kedelai AS mendapatkan sertifikasi 'Sustainable US SOY (SUSS logo)'.
 
Pertanian kedelai yang menghasilkan emisi karbon paling rendah dibandingkan kedelai yang diproduksi oleh negara produsen utama lainnya seperti Brasil dan Argentina.
 
SUSS logo merupakan eco-label atau sertifikasi ramah lingkungan yang disematkan pada kemasan pangan yang menggunakan kedelai Amerika sebagai bahan baku utamanya. Industri kedelai Amerika ingin berbagi manfaat pertanian berkelanjutan dengan konsumen.
 
 
Baca juga: Guru Besar ITB Ungkap Kandungan Tempe dan Manfaatnya untuk Kesehatan

 

Diharapkan produk pangan olahan kedelai yang menggunakan SUSS logo dapat lebih dihargai oleh konsumen lokal dan luar negeri karena diproduksi dengan memperhatikan aspek-aspek keberlanjutan. 
 
Sebagai penghasil kedelai terbesar di dunia, praktik pertanian kedelai berkelanjutan di Amerika telah membantu petani menaikkan produksi kedelai hingga 130 persen selama kurun waktu 40 tahun, dengan menggunakan lebih sedikit input dan dampak lingkungan yang sejalan dengan indikator sustainable development seperti di bawah ini:
  1. Menurunkan emisi rumah kaca hingga 43 persen per bushel.
  2. Meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi hingga 60 persen.
  3. Meningkatkan efisiensi penggunaan lahan hingga 48 persen.
  4. Meningkatkan efisiensi energi hingga 46 persen.
  5. Meningkatkan konservasi lahan pertanian hingga 34 persen.

"Hingga 2025, pertanian kedelai Amerika menargetkan penurunan emisi rumah kaca sebesar 10 persen, mengurangi dampak penggunaan 10 persen, meningkatkan efisiensi energi hingga 10 persen, dan mengurangi erosi tanah hingga 25 persen. Jadi ini komitmen mereka dalam menjaga bumi kita agar terus lestari," jelas Ibnu.
 

Gen Z tertarik produk ramah lingkungan


Sebuah jurnal berjudul 'Eco-label, environmental concern, and green purchase behavior: a perspective of gen-z on eco-friendly cement' menyebutkan beberapa hasil penelitian yang secara garis besar menunjukkan Generasi-Z lebih tertarik untuk mengikuti tren pembelian produk ramah lingkungan. Di tengah tren gaya hidup sehat, pilihan untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan juga meningkat.
 
Khusus di Indonesia, belum banyak yang mengetahui mengenai Eco-Labels atau sertifikasi produk ramah lingkungan. Perilaku konsumen dalam memilih produk yang memiliki eco-labels dipastikan akan memberikan dampak secara luas.
 
"Memilih produk yang menyematkan eco-labels seperti Sustainable U.S. Soy serta eco-labels lainnya, adalah langkah paling mudah namun berdampak kuat yang dapat dilakukan konsumen. Kesadaran Gen Z menjadi harapan besar kita semua ke depan produk-produk ramah lingkungan akan semakin mendapatkan prioritas," ujar Ketua Pembina Forum Tempe Indonesia Made Astawan.
 
Sebagai produk pangan asli Indonesia, tempe memiliki sejarahnya sendiri. Leluhur bangsa Indonesia sejak beberapa abad yang lalu ternyata sudah menerapkan konsep zero waste dalam memproduksi tempe. Walaupun nilai-nilai sustainability ini baru lahir abad ini dari dunia barat, nenek moyang kita ternyata sudah sejak lama menerapkannya.
 
"Walaupun saat ini tidak banyak rumah tangga yang memproduksi tempe sekaligus memiliki hewan ternak, bukan berarti kita tidak bisa meneruskan ajaran-ajaran para leluhur kita. Saat ini saya justru mendapatkan pendapatan lebih, karena limbah dari produksi tempe saya ternyata bisa dijual dan dimanfaatkan oleh peternak sebagaI pakan," ujar Sahrul, pengrajin tempe Super Dangsul dari Bantul.
 
Sekjen Forum Tempe Indonesia mengungkapkan sejak berdiri 2008 hingga saat ini, FTI fokus menaikkan kelas pengrajin tempe agar memenuhi standar keamanan pangan (higienis). Karena selain tempe memiliki keunggulan dari kandungan proteinnya yang sangat tinggi, kualitas sebagai bahan pangan tempe juga harus terus ditingkatkan.
 
"Bahkan sudah ada anggota kami yang sudah berhasil memasarkan tempe ke berbagai negara," ujar Sekjen FTI M. Ridha.
 
Di sisi lain, juara dunia panjat tebing asal Grobogan, Jawa Tengah, Aries Susanti Rahayu menceritakan pentingnya protein dalam kariernya sebagai atlet. Bahkan dalam pelatnas panjat tebing saat dirinya masih aktif, tempe menjadi salah satu menu pilihan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
 
"Terkadang kita memang sering menyepelekan tempe, padahal dengan harga yang sangat terjangkau, nutrisi yang ada di tempe itu tidak kalah dengan kandungan nutrisi dari sumber makanan lainnya. Saya selalu mengajarkan itu kepada atlet-atlet muda, apalagi tempe kan panganan yang sangat lekat dengan orang Indonesia," ujar Aries.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan