Mengembangkan transisi energi perlu kolaborasi antara swasta dan pemerintah. Foto: dok Tripatra.
Mengembangkan transisi energi perlu kolaborasi antara swasta dan pemerintah. Foto: dok Tripatra.

Mau Transisi Energi Jangan Sendirian!

Ade Hapsari Lestarini • 23 Maret 2023 15:49
Jakarta: Transisi energi menjadi salah satu upaya menjaga ketahanan energi dan mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia. Hal ini guna mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dan pengurangan 32 persen emisi pada 2030.
 
Dalam mendukung percepatan transisi energi di dalam negeri, Pemerintah juga telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan untuk Pengembangan proyek EBT guna mendorong target jangka menengah untuk penurunan emisi Indonesia 2030.
 
Transisi energi juga menunjukkan komitmen Indonesia untuk memperluas akses terhadap teknologi yang terjangkau dan bersih guna mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan dan lebih hijau. Pemerintah telah meningkatkan target komposisi Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dalam bauran energi menjadi sebesar 23 persen pada 2025 dan 31 persen pada 2050.

Terlebih lagi potensi EBT Nasional tercatat sebesar 3.689 gigawatt (GW), yang terdiri atas surya, hidro, bioenergi, angin, panas bumi, dan laut yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Total pemanfaatan yang telah dilakukan sebesar 12.557 MW atau 0,3 persen dari total potensi.
 
Pemerintah pun terus melakukan percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral nasional. Salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut adalah berkolaborasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam Tripatra Energy Talk bertajuk "Kolaborasi Nasional untuk Percepatan Transisi Energi dan Hilirisasi Mineral".
 
Kegiatan ini bertujuan untuk mendorong diskusi tentang kolaborasi dan pembangunan kapabilitas nasional untuk mendukung program transisi energi dan hilirisasi mineral nasional sekaligus menjadi wadah untuk mengumpulkan wawasan tentang masa depan energi dan mineral dari para pakar dan praktisi.
 
President Director & CEO PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra) Raymond Naldi Rasfuldi, mengatakan, perseroan terus mendorong perubahan transformasional dan berkelanjutan dengan visi "Membangun Solusi Berkelanjutan untuk Transformasi Energi dan Percepatan Hilirisasi". Kolaborasi ini untuk mengimplementasikan visi tersebut serta ikut berkontribusi dalam memajukan sektor energi dan mineral nasional.
 
"Kami sangat bangga dapat berkolaborasi dengan pemerintah dalam mendukung upaya percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral nasional. Kami siap untuk terus ikut berkontribusi dalam membangun kapabilitas nasional dan memajukan sektor ini bersama-sama dengan pemerintah dan pelaku industri lainnya," jelas Raymond Naldi Rasfuldi, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 23 Maret 2023.
 
Baca juga: Ekonomi RI Masih Menggeliat, Ini 5 Sumber Pertumbuhannya!

Transisi energi bentuk ekosistem terintegrasi

Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur, Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Hendra Iswahyudi menyatakan, Kementerian ESDM berkomitmen untuk mempercepat transisi energi dengan membentuk ekosistem yang sinergis dan terintegrasi antara pemerintah, media, akademik, industri (BUMN dan Swasta), dan masyarakat.
 
"Kami percaya dengan membentuk ekosistem yang sinergitas melalui konsep pentahelix antarpemangku kepentingan, kita dapat mempercepat pengembangan EBTKE dalam transisi energi di Indonesia sehingga memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan. Kementerian ESDM juga sangat menyambut baik kolaborasi dengan berbagai pihak, salah satunya seperti yang dilakukan bersama Tripatra untuk semakin memperkaya pengetahuan serta menguatkan sinergi dan kolaborasi nasional seluruh pemangku kepentingan," jelas Hendra.
 
Selain transisi energi, hilirisasi mineral juga tidak kalah penting untuk terus didorong. Sebab, hilirisasi merupakan strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas yang dimiliki oleh suatu negara. Dengan hilirisasi, komoditas yang diekspor tidak lagi berwujud bahan baku mentah tetapi sudah menjadi barang setengah jadi.
 
Salah satunya seperti kebijakan hilirisasi dan pelarangan ekspor nikel mentah (bijih nikel) yang telah berhasil mendongkrak nilai tambah ekspor produk nikel Indonesia. Dimana harga nikel yang telah diolah di smelter dapat memiliki nilai tambah hingga lebih 300 kali dibandingkan bijih nikel. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan total nilai ekspor mencapai USD5,98 miliar pada 2022, naik 365,4 persen dibandingkan 2021 yang mencapai USD1,28 miliar.
 
Selain meningkatkan nilai tambah komoditas, adanya hilirisasi diharapkan dapat memperkuat struktur industri, serta meningkatkan peluang usaha dalam negeri dengan tersedianya lapangan pekerjaan baru. Sehingga dapat menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan guna mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara berkeadilan.

Hilirisasi strategi majukan industri nasional

Menurut Direktur Industri Logam Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Liliek Widodo, hilirisasi mineral merupakan strategi penting untuk memajukan industri nasional dan meningkatkan nilai tambah produk sumber daya mineral dalam negeri.
 
Percepatan hilirisasi mineral akan membawa dampak positif bagi industri nasional, seperti peningkatan inovasi teknologi, peningkatan nilai tambah produk, dan penciptaan lapangan kerja baru. Dengan terciptanya kemampuan nasional dalam mengolah mineral, Indonesia akan dapat memanfaatkan potensi sumber daya mineral yang dimiliki secara optimal.
 
"Hal ini juga sejalan dengan visi pemerintah dalam menciptakan industri yang lebih maju dan berdaya saing bahkan bukan tidak mungkin dapat menjadi produsen mineral yang berkontribusi besar dalam perekonomian global. Namun, untuk mencapainya, perlu ada kolaborasi yang baik antara pemerintah dan sektor swasta untuk terus menciptakan kemampuan nasional yang kuat dalam hal teknologi, sumber daya manusia, dan infrastruktur untuk dapat melaksanakan hilirisasi mineral dengan efektif dan efisien," tutur Liliek.
 
Di sisi lain, Tripatra juga mengumumkan kerja sama yang sudah dilakukan dalam bidang transisi energi dan hilirisasi mineral antara lain kerja sama antara PT Kaltim Parna Industri, Tripatra, dan Nextchem untuk studi kelayakan 300 tpd green ammonia production plant, Tripatra dan HDF Energy untuk pengembangan Hydrogen to Power (HyPower) project, Tripatra dan METDevelopment untuk pengembangan biofuels generasi kedua di Indonesia.
 
Kemudian kerja sama antara Indika Energy, Altilium, Terra Altilium Berdaya, Geofix, dan Tripatra untuk studi kelayakan DNi Technology untuk pengolahan bauksit, serta kerja sama Tripatra dan Emirates Global Aluminum (EGA) untuk pengembangan smelter aluminium di Indonesia.
 
"Komitmen Tripatra dalam percepatan transisi energi dan hilirisasi mineral telah kami wujudkan dalam berbagai bentuk kerja sama. Mulai dari sektor panas bumi (geotermal), studi green amonia, pengembangan 2nd generation biofuel, sampai pengembangan di sektor aluminium dan nikel.  Kolaborasi ini merupakan inisiatif yang penting untuk membangun kapabilitas nasional mendukung Indonesia mencapai tujuan berkelanjutan dan meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam Indonesia," tutup Raymond Naldi Rasfuldi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan