Survei itu mencatat 79 persen generasi Z (lahir tahun 1997 hingga 2012) menyatakan perubahan iklim merupakan isu yang serius. Selanjutnya, sebanyak 70 persen merasa bertanggung jawab terhadap iklim. Dan sebanyak 66 persen generasi Z bersedia membayar lebih untuk mendapatkan produk yang ramah lingkungan.
Hasil yang hampir identik juga tergambar dari survei Indonesia Millenials Report 2022. Generasi milenial yang lahir tahun 1981 hingga 1996 itu juga memiliki kepedulian lingkungan yang tinggi.
"Ini menunjukkan bahwa anak muda memiliki peran strategis dalam pencapaian target zero waste dan zero emission pada 2030," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, Rosa Vivien Ratnawati saat memberi sambutan dalam acara Dialog Hari Peduli Sampah Nasional 2023 bertema Peran Anak Muda Membangun Socioentrepreneurship dalam Pengelolaan Sampah, di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta, Selasa, 21 Februari 2023.
Indonesia saat ini memiliki 70,72 persen penduduk usia produktif, yakni dari umur 15-64 tahun. Dari total jumlah usia produktif tersebut, 27,94 persen atau 74,93 juta orang di antaranya merupakan generasi Z. Sementara, 25,87 persen atau 69,38 juta orang merupakan generasi milenial.
"Millennial dan Gen-Z merupakan dua generasi yang berbeda, tetapi memiliki peran yang sama dari segi ekonomi untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045," kata Rosa Vivien.
Banyak lahir socio-entrepreneurship
KLHK juga mencatat, dalam beberapa tahun terakhir, banyak bermunculan pelaku usaha yang peduli terhadap isu sampah. Mereka mengembangkan bisnis tidak hanya berorientasi pada profit, namun juga menekankan pada faktor lingkungan dan masyarakat. Hal ini dikenal dengan istilah socio-entrepreneurship.
Hingga Januari 2023, telah teridentifikasi 209 pelaku usaha yang menjalankan socio-enterpreunership. Selain itu, tumbuh pula bisnis yang fokus dalam inovasi produk alternatif pengganti plastik.
"Hal ini semakin menegaskan bahwa upaya pengurangan sampah tidak hanya berdampak terhadap lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang usaha atau bisnis. Juga berpengaruh terhadap lapangan pekerjaan dan perubahan perilaku di masyarakat," kata Rosa.
Investor tertarik
KLHK juga mencatat semakin banyak investor internasional maupun nasional yang mulai melirik untuk mendanai usaha-usaha rintisan di bidang pengelolaan lingkungan. Data Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) menunjukkan ada 120 pendanaan kepada bisnis sosial sejak 2013.
Data Dealroom juga menunjukkan, secara global, startup berdampak sosial yang paling diincar oleh investor yakni terkait perubahan iklim dan energi bersih. Investasinya berkontribusi lebih dari 50 miliar Euro sejak 2015.
Baca: Intip Teknologi Pengelolaan Sampah Hasil Riset BRIN
Kabar terbaru, kata Rosa, salah satu startup pengelolaan sampah waste4Change meraih pendanaan seri A senilai USD5 juta dolar atau setara Rp76 miliar yang dipimpin oleh AC Ventures dan PT Barito Mitra Investama.
"Ini semakin menegaskan bahwa para investor mulai menilik model bisnis yang mengedepankan inovasi dalam memberikan solusi terhadap persoalan lingkungan, salah satunya persoalan sampah," kata dia.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News