Nyonya Lauw Kim Wie atau Winawati -- MTVN/Anggitondi Martaon
Nyonya Lauw Kim Wie atau Winawati -- MTVN/Anggitondi Martaon

Kue Keranjang Nyonya Lauw, 20 Tahun Tumbuh Bersama BCA

Anggi Tondi Martaon • 09 Februari 2016 10:51
medcom.id, Jakarta: Menjelang Imlek, rasanya kurang lengkap tanpa kehadiran kue keranjang. Selain untuk dimakan, etnis Tiongkok di Indonesia biasanya menggunakan kue keranjang sebagai sesaji bagi leluhur.
 
Namun, tidak semua orang mampu membuat kue keranjang yang memakan banyak waktu dan tenaga. Proses pengolahan kue keranjang membutuhkan waktu sekitar 12 jam, mulai dari mengaduk adonan hingga mengukus. Sehingga banyak orang memilih membeli kue keranjang.
 
Tidak heran, jika kemudian produsen dan penjual kue keranjang menjamur jelang imlek. Salah satu kue keranjang yang banyak diburu pembeli di daerah Jabodetabek adalah Kue Keranjang Nyonya Lauw.

Kue Keranjang Nyonya Lauw, 20 Tahun Tumbuh Bersama BCA
 
Nyonya Lauw Kim Wie atau Winawati (57) dan suaminya Lau Kim Tay (68) merintis usahanya pada 1950. Selain kue keranjang, mereka juga membuat dodol.
 
"Kalau dodol kita bikin setiap hari. Sedangkan kue keranjang hanya pas Imlek aja," kata Winawati saat ditemui di rumah produksi dodol dan kue keranjang Nyonya Lauw di Jalan Bouraq Nomor 59 RT 001 RW 02, Kelurahan Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Tangerang, Banten, Jumat (29/1/2016).
 
Menurut Winawati, usaha pembuatan dodol dan kue kerangjang tersebut merupakan turunan dari kakek suaminya. Ia baru mulai menekuni usaha pada 1984 karena banyak pelanggan yang menyukai racikan kue keranjang buatannya.
 
"Banyak yang minta saya bikin dodol dan kue keranjang. Konsumen yang menyuruh saya untuk membuat," ungkapnya.
 
Kue keranjang Nyonya Lauw berbeda dengan yang lainnya, pengemasannya yang masih menggunakan daun pisang membuat kue terasa lebih legit. Pesanan pun terus berdatangan.
 
Banyaknya pesanan dodol dan kue keranjang, tidak membuat ibu empat anak tersebut kesulitan mengatur transaksi keuangan. Selain melakukan pembayaran langsung, banyak pelanggan melakukan transaksi melalui transfer. Hal tersebut diakui Winawati lebih memudahkan, karena dirinya menggunakan BCA.
 
Winawati menjadi nasabah BCA sejak 90-an. Pelayanan prima dan memuaskan, membuatnya bertahan menjadi nasabah BCA selama lebih dari 20 tahun.
 
"Dulu sering setor dengan uang receh. Bank lain tidak mau menerima, hanya BCA yang mau menerima," cerita Winawati sambil tersenyum.
 
Layanan pendukung untuk bertransaksi yang diberikan BCA juga memberikan kemudahan bagi Winawati. Ia bisa mengetahui pembayaran yang telah dilakukan tanpa harus pergi ke ATM atau bank, karena ada mobile banking BCA (m-BCA) dan internet banking KlikBCA.
 
"Tidak pernah ada masalah selama menggunakan layanan BCA," tutup Winawati.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)


BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan