Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Saiful)
Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Saiful)

Digitalisasi Data Pertanian, Jalan Wujudkan Kesejahteraan Petani

Husen Miftahudin • 15 Maret 2017 13:08
medcom.id, Jakarta: Perusahaan benih sayuran berbasis teknologi PT East West Seed Indonesia (Ewindo) berkomiten untuk meningkatkan kesejahteraan para petani di Indonesia. Salah satu upayanya ialah dengan mengembangkan digitalisasi data pertanian yang terwujud berkat kerja sama dengan United Nation Development Programme (UNDP).
 
Managing Director Ewindo Glenn Pardede mengatakan, kerja sama ini untuk memberikan metode ukur dan mengetahui seperti apa yang dibutuhkan dan bagaimana kondisi petani Indonesia. Sejauh ini banyak kesimpangsiuran pada data petani di Indonesia.
 
"Kita bekerja sama dengan UNDP memberikan metode ukur yang terarah. Tujuannya adalah agar kita benar-benar mengerti siapa dan apa yang dibutuhkan kondisi petani," ujar Gleen dalam keterangan tertulis, Jakarta, Rabu 15 Maret 2017.

Menurutnya, kerja sama ini akan memberikan dukungan kepada 12.500 petani rekanan untuk lebih mengenal kehidupan dan apa yang dibutuhkan petani. "Contohnya kami dapat di Karawang. Mereka (petaninya) tidak punya lahan dari situ. Ini program pertama yakni dengan memberikan informasi digitalisasi data petani yang sesuai kebutuhan. UNDP mendukung sistemnya," tutur dia.
 
Baca: Kontribusi Sektor Pertanian ke PDB Tertinggi Kedua Setelah Industri
 
Lebih jauh, kata dia, teknologi digitalisasi sudah harus ditetapkan di pertanian termasuk di hortikultura guna mendapatkan data petani yang akurat. Ewindo, sebutnya, nantinya juga akan meluncurkan aplikasi mobile dalam tablet untuk mengetahui data petani dan apa yang menjadi kebutuhannya.
 
"Kedua kita ada program cukup besar yakni apps namanya Sipindo (sistem aplikasi petani Indonesia) kami akan buat apps-nya nanti April diluncurkan untuk 100 ribu petani di Jawa dengan fokus tanaman cabai, timun dan tomat," ucapnya.
 
Sipindo nantinya akan dibuat seperti program big data dengan bantuan dari Belanda (smart seed) yang nilainya mencapai 3 juta euro. Smart seed menggunakan sistem satelit sehingga bisa memetakan cuaca dan iklim.
 
"Masalah kami misalnya menanam semangka di Pandeglang tidak banjir, tapi tiba-tiba pas mau panen banjir. Nah program ini akan memberi tahu titik mana saja yang aman dari banjir dan yang bisa ditanam, bagaimana curah hujannya," jelas Gleen.
 


 
Senada dengan Gleen, Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurthi mengatakan, beberapa yang perlu diantisipasi ialah ketidakpastian iklim. Oleh sebab itu, dia menyambut baik upaya Ewindo menerapkan teknologi dan sistem produksi yang lebih adaptif terhadap ketidakpastian tersebut.
 
"Langkah ini merupakan langkah yang tepat, karena informasi sangat penting bagi perusahaan hortikulura dalam membuat bisnis plan," tukasnya.
 
Dengan antisipasi itu, Bayu memperkirakan agribisnis hortikultura terutama sayuran akan tumbuh signifikan pada 2017-2018, yakni sekitar 4,7 persen hingga 16,1 persen.
 
"Total nilai agribisnis dari sayuran diperkirakan Rp112 triliun dan di dalamnya termasuk perkiraan USD421 juta produk impor. Dengan demikian 94,9 persen kebutuhan sayur dalam negeri telah tercukupi oleh produksi dalam negeri," tutup Bayu.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan