Pada Kamis 19 Mei 2016, Thai Lion Air menerbangkan pesawat perdananya ke dua provinsi di Tiongkok. Pesawat pertama terbang dari Bandara Internasional Don Mueang (DMK) Bangkok, Thailand menuju Bandara Nanjing (NKG).
Pesawat lepas landas sekira pukul 18.20 waktu Thailand dan mendarat di NKG setelah lima jam penerbangan. Sebanyak 10 jurnalis asal Jakarta menjadi saksi penerbangan perdana tersebut. Lalu pukul 00.20 waktu Nanjing, pesawat bernomor penerbangan SL-8027 itu kembali ke DMK dengan membawa 209 penumpang.
Pesawat kedua terbang dari DMK menuju Bandara Chongqing, Tiongkok, sekira pukul 21.20 waktu Thailand. Pesawat bernomor penerbangan SL-8024 itu mendarat sekitar pukul 01.25 waktu Chongqing. Kemudian pukul 02.15, pesawat kembali ke Thailand.

(Calon penumpang Thai Lion Air di Bandara Nanjing, Tiongkok, menunggu kedatangan pesawat yang mengantar mereka ke Bangkok, Thailand. FOTO: MTVN/Ririn)
"Pesawat menuju Chongqing mengangkut lebih 200 penumpang, begitu pula yang kembali lagi ke Thailand," kata Public Relations Manager Thai Lion Air Praewrumpai Sangthong kepada Metrotvnews.com di Bangkok, Sabtu (21/5/2016).
Managing Director Captain Director Darsito Hendroseputro mengatakan dua penerbangan itu menandakan tak ada masalah dengan anak perusahaan Lion Group yang lahir pada 12 November 2013 tersebut. Justru di tahun ketiga berdiri, Thai Lion Air memiliki penerbangan ke enam kota di luar negeri dan 10 penerbangan domestik.

(Managing Director Captain Director Darsito Hendroseputro. FOTO: MTVN/Ririn)
"Untuk penerbangan ke luar negeri, kami terbang di antaranya ke Jakarta, dua kota di Tiongkok (Taiyuan dan Jinan), Kuala Lumpur (Malaysia), dan Singapura," kata Darsito yang memperkenalkan Thai Lion Air dalam penerbangan perdana menuju Nanjing dan Chongqing.
Darsito mengakui tak gampang membuka anak perusahaan maskapai penerbangan di luar negeri. Namun ia berhasil membuktikan bahwa Lion Air dapat berjaya di Thailand. Saat ini, Thai Lion Air bersaing dengan dua LCC di Thailand yaitu AirAsia dan Nok Air.
Saat ini, kata Darsito, Thai Lion Air boleh dibilang muncul sebagai penerbangan andalan di Thailand. Setelah tiga tahun menjajal bisnis penerbangan di Thailand, Thai Lion Air kini memiliki 2.550 karyawan dan 21 pesawat.

(Pesawat Lion Air di landasan pacu Bandara Bangkok, Thailand. FOTO: MTVN/Ririn)
"Padahal di tahun pertama, kami hanya punya dua pesawat. Target kami, 2016 ini kami sudah punya 25 pesawat," ungkap Darsito.
Darsito mengakui persaingan bisnis penerbangan cukup tajam. Apalagi, Thai Lion Air masih berusia muda. Namun itu bukan halangan. Darsito mengatakan Thai Lion Air bisa bersaing dengan sehat.
Kualitas Thai Lion Air dibuktikan dengan kepemilikan AOL atau surat izin perdagangan dan Air Operator Certificate (AOC) atau sertifikat operator penerbangan. Dua dokumen itu menetapkan Thai Lion Air sebagai perusahaan yang sah dan mendapat izin dari pemerintah Thailand.
Belum cukup, Thai Lion Air pun mengantongi IATA International Safety Audit (IOSA). Thai Lion Air mendapat sertifikat LCC yang memenuhi standar keselamatan penerbangan internasional.
"Kami satu-satunya LCC di Thailand yang mengantongi sertifikat tersebut. Sertifikat itu bukan hal yang wajib. Namun kalau punya, itu lebih bagus," ujar Darsito.
Thai Lion Air menyiapkan waktu delapan bulan untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Standar berlaku hingga 29 Mei 2017. Di Thailand, dua maskapai lain mengantongi IOSA. Namun mereka bukan berjenis LCC. Keduanya berjenis penerbangan full service yaitu Thai Airways dan Bangkok Air.
Buktinya, sepanjang 2015, Thai Lion Air mencatat penilaian tepat waktu untuk 10 penerbangan domestik dengan rata-rata 86,86 persen. Tingkat keterisiannya mencapai 86,102 persen. Thai Lion Air bisa jadi prestasi menggembirakan bagi Lion Airlines. Di Indonesia, Lion Air harus berhadapan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Perseteruan terjadi setelah peristiwa pada 10 Mei 2016. Saat itu, pesawat Lion Air JT 161 dari Singapura yang mendarat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta. Bus penjemput sedianya membawa para penumpang ke Terminal 2. Namun, sopir malah mengemudikan bus ke Terminal 1. Sehingga penumpang internasional itu masuk ke Indonesia tanpa melewati proses imigrasi.
Baca: Lion Air Turunkan Penumpang Internasional di Terminal Domestik, 1 WNA Tak Lapor Imigrasi
Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara Kemenhub menganggap kesalahan Lion Air fatal. Ditjen menjatuhkan sanksi pada Lion Air dengan membekukan layanan ground handling pada Rabu 18 Mei.
Sanksi juga diberikan lantaran sejumlah pilot Lion Air mogok. Itu berdampak pada penundaan penerbangan. Sanksi lain yaitu membekukan 95 rute penerbangan. Itu terdiri dari 93 rute domestik dan dua internasional. Lion Air pun tak mendapat izin untuk membuka rute baru.
Lihat video: Kemenhub akan Larang Lion Air Buka Rute Baru Selama Enam Bulan
Anggota Komisi V DPR Fraksi Hanura Fauzih H Amro mengungkap sanksi itu paling tegas untuk Lion Air. Ia pun berharap sanksi itu memberi efek jera pada Lion Air.
"Dulu Lion pernah kena sanksi. Sekarang juga. Kemarin tidak jera. Ini sanksinya paling keras," kata Fauzih dalam diskusi 'Ada Apa dengan Bandara Kita' di Menteng, Jakarta Pusat.
Baca: Berkali-kali Disanksi, Lion Air Maskapai Nakal
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id