Direktur Utama Pelindo IV Farid Padang mengatakan saat ini sebanyak 80 persen ekspor dilakukan melalui transportasi laut. Sementara itu, sisanya 20 persen melalui pesawat udara.
"Melalui direct export, perusahaan kargo menjadi efisien dalam hal biaya, waktu, mandatory LC (letter of credit), dan eskalasi kapal angkutan," kata Farid dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, 21 Desember 2019.
Menurut dia, dari sisi efisiensi waktu, langkah ini mampu memangkas waktu perjalanan ke Eropa dan Amerika Serikat dari 29 hari menjadi 14 hari. Waktu tempuh ke Tiongkok dari 24 hari menjadi 9 hari, dan ke Korea dari 26 hari menjadi 17 hari.
"Dengan rute baru direct export, efisiensi biaya bisa dihemat hingga USD500 (Rp6,9 juta) per kontainer," klaim Farid.
Selain itu, mandatory LC mampu memangkas proses ekspor yang tadinya 30 hari menjadi 2 hari. Direct export juga dianggap dapat meningkatkan eskalasi kapal ekspor dari yang sebelumnya mengangkut 700 kontainer menjadi lebih dari 1.100 kontainer.
Impor dan ekspor dari Terminal Petikemas Makassar, Sulawesi Selatan, mampu memberikan efek positif. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) melalui pelabuhan lain.
CAGR impor pelabuhan lain mencapai 15,28 persen, sedangkan ekspor 11,9 persen sehingga ada gap minus 3,29 persen. Melalui terminal Makassar New Port (MNP), direct import 19,5 persen dan direct export mencapai 24,8 persen sehingga ada suprlus 5,24 persen.
Impor melalui MNP meliputi bahan baku industri seperti keramik, mesin, onderdil, biji plastik, hingga pakan ternak. Hal ini membuka proses hilirisasi.
"Direct export mampu meningkatkan pendapatan daerah sekitar pelabuhan. Tadinya biaya ekspor masuk ke pelabuhan transit. Saat ini, masing-masing daerah pelabuhan direct export bisa turut menikmati pendapatan dari ekspor seperti pelabuhan Pantoloan, Ambon, Bitung, Sorong, dan Jayapura," ungkap Farid.
Melalui pembangunan MNP tahap III, sebut dia, Pelindo IV merencanakan untuk membangun kawasan industri berorientasi ekspor. Salah satu contohnya rumput laut menjadi jeli serta pengolahan industri mineral menjadi produk baterai.
"Hilirisasi tersebut mampu meningkatkan nilai tambah hingga 30 kali lipat," tutup Farid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News