Kalla mengatakan, kerja sama antara Uni Eropa dan Indonesia telah terjalin sejak ratusan tahun lalu. Dulu, bangsa Eropa datang ke Indonesia untuk mencari rempah-rempah dan hasil pertanian.
Dua komoditi itu masih menjadi andalan Indonesia untuk diekspor ke Eropa hingga saat ini. Keseimbangan, seperti halnya orang Eropa yang menyukai rempah Indonesia, Indonesia pun menyukai produk Eropa.
Kualitas, kata Kalla, menjadi pertimbangan utama membeli barang dari Eropa. Tapi, kualitas saja tak cukup membuat masyarakat Indonesia membeli.
"Kadang harganya kurang bersaing dengan produk dari negara Asia," kata Kalla, di Hotel Intercontinental, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (8/11/2016).
Kalla mencontohkan mobil asal Eropa, tak ada yang ragu dengan kualitas pabrikan BMW, Mercedez Benz, dan lainnya. Tapi, pamor mereka kalah dari mobil pabrikan Jepang serupa Toyota, karena harga mereka yang lebih terjangkau.
"Dengan CEPA kita mencoba memperbaiki hal ini," kata Kalla.
Baca: Perundingan CEPA, Babak Baru Kerja Sama Indonesia-Uni Eropa
Harga menjadi tolak ukur penting bagi masyarakat Indonesia. Apapun yang dilakukan pengusaha asal Benua Biru tak akan berhasil selama harga produk masih terbilang tinggi.
Kalla sadar, Indonesia menjadi pasar yang menarik bagi beberapa negara. Pemerintah, kata dia, juga berusaha membuat semua menjadi lebih seimbang dengan rangkaian kebijakan.
Pemerintah berusaha menumbuhkan ekonomi di tengah lemahnya ekonomi dunia. "Kita punya beberapa paket kebijakan, kebijakan pajak, dan banyak hal yang mempermudah pengusaha berbisnis di sini," pungkas Kalla.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News