Menurut Mekeng, bank sentral hanya menyebarkan isu tersebut tanpa melakukan langkah yang jelas. Dia bilang, BI harusnya mensosialisasikan terlebih dahulu pada masyarakat.
"Ah dia (BI) cuma asal ngomong, enggak serius. Jangan sampai nanti masyarakat berfikir 'hah redom (redenominasi), uangnya jadi Rp1 dong'," kata Mekeng di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu 31 Mei 2017.
baca : BI: 2017 Kondusif untuk Bahas Redenominasi Rupiah
Mekeng bilang belum tentu yang BI anggap bagus akan berdampak bagus pula bagi masyarakat. Dirinya menghawatirkan kalau jika masyarakat ambil uang dan menukarkan dengan dolar maka nilai tukar rupiah akan semakin jatuh.
RUU Redenominasi pun nampaknya susah untuk masuk prolegnas tahun ini. Terkait adanya masa transisi dalam penerapannya, politikus Golkar ini bilang hal tersebut tak bisa menjamin. Sebab, semua sangat tergantung dengan kondisi ekonomi. Apalagi kondisi saat ini sulit diprediksi.
"Kalau isu ekonomi lagi itu (tak kondusif) ya jangan diberlakuin dong, siapa yang bisa prediksi. Jangankan (transisi redenominasi), untuk APBNP saja belum bisa diprediksi secara tepat," tegas Mekeng.
Sebelumnya Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan BI sebenarnya sudah siap jika dimintai pandangan mengenai kajian mengenai redenominasi.
Hanya saja, BI tak punya hak untuk mengajukan pembahasan RUU Redenominasi. Inisiatif untuk membahas datang dari Pemerintah atau DPR, meski sebenarnya dua tahun lalu RUU Redenominasi pernah masuk prolegnas.
Dody menjelaskan, waktu yang tepat untuk meredenominasi Rupiah yakni ketika kondisi makro negara dalam keadaan yang bagus. Dia bilang, sekarang ini pun terbilang bagus, sebab, inflasi terkendali, pertumbuhan ekonomi pun bagus. Hanya saja perlu dilihat waktu transisinya.
"Perlu waktu transisi 5-6 tahun untuk mengenalkan uang dalam nilai yang baru pada masyarakat. Jangan sampai kaget ada dua nilai mata uang. Perlu disosialisasikan redenominasi hanya perubahan ke desimal saja. Itu akan kurangi terjadinya salah paham. Yang terpenting ketika ada dua nilai mata uang, harga barangnya sama, baik dibeli pakai uang lama atau uang baru," ujar Dody.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News