Illustrasi. MTVN/Eko Nordiansyah.
Illustrasi. MTVN/Eko Nordiansyah.

Ekonom: Redenominasi Bisa Timbulkan Inflasi

Suci Sedya Utami • 19 Desember 2016 19:15
medcom.id, Jakarta: Isu redenomasi atau penyederhanaan mata uang dengan mengurangi digit nol tanpa mengurangi nilai uang digulirkan kembali.
 
Menanggapi hal ini, Ekonom UI Lana Soelistianingsih mengatakan, Pemerintah perlu hati-hati dalam menyederhanakan mata uang karena bisa menyebabkan inflasi. Untuk itu, kata Lana, dibutuhkan waktu lima tahun untuk memastikan inflasi stabil.
 
"Sekarang inflasi rendah 2,97 persen, sampai tiga tahun lagi bisa enggak stabil inflasinya 3-4 persen, kalau bisa stabil, bisa redenominasi," kata Lana di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Senin (19/12/2016).

baca : Jokowi Janji RUU Redenominasi Rupiah Segera Masuk Prolegnas
 
Selain itu, suplai atau ketersediaan uang dalam jumlah kecil juga harus ada. Misalnya saja denominasi Rp1.000 menjadi Rp1. Dalam konteks pemberlakuan harga anggap saja harga satu ikat bayam di pasar saat ini Rp1.500, ketika ada redenominasi maka harga bayam menjadi Rp1,5. 
 
Ketika pecahan Rp0,5 atau 50 sen tidak ada, penjual akan membulatkan harganya menjadi Rp2 ketika didenominasi atau Rp2.000 dengan nominal yang lama. Artinya harga bayam mengalami kenaikan sehingga bisa menimbulkan inflasi.
 
"Kalau tidak tersedia uang kecil, inflasi bisa naik. Kalau tidak ada uang kecil di masyarakat, akan menimbulkan inflasi. Makannya butuh stabil dulu inflasinya," tutur Lana.
 
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati  mengatakan, butuh waktu setidaknya tujuh tahun untuk mentransisikan nominal uang lama ke nominal yang baru. Lagi pula, Ani menegaskan redenominasi tidak termasuk dalam daftar program legislasi nasional (prolegnas) 2017. 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan