Ekonom INDEF Enny Sri Hartati (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)
Ekonom INDEF Enny Sri Hartati (ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma)

Pemerintah Dinilai Sulit Stabilkan Harga Saat Puasa dan Jelang Lebaran

Husen Miftahudin • 02 Juni 2016 13:11
medcom.id, Jakarta: Inflasi yang terjadi pada Mei sebesar 0,24 persen diperkirakan akan membuat pemerintah keteteran menjaga stabilitas harga saat puasa dan menjelang Lebaran. Ini menjadi pekerjaan berat mengingat di April Indeks Harga Konsumen (IHK) masih pada kondisi cukup stabil dengan catatan deflasi sebesar 0,45 persen.
 
Namun demikian, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengungkapkan, kenaikan harga biasanya hanya akan terjadi pada seminggu menjelang puasa dan satu minggu di puasa awal.
 
Adapun kondisi lonjakan harga sebulan sebelum puasa ini, dinilai Enny, tidak rasional karena pemerintah telah menyatakan pasokan bahan-bahan pokok melimpah. Artinya, sudah seharusnya harga komoditas atau kebutuhan pokok tidak mengalami kenaikan.

Baca: Ada Anomali Signifikan di Inflasi Mei
 
"Jadi puasa itu masih nanti di awal Juni minggu depan, baru memasuki Ramadan. Sementara inflasi ini terjadi satu bulan sebelum Ramadan. Artinya tidak ada rasionalitas terhadap kenaikan harga yang berlebihan ketika Ramadan masih satu bulan dengan catatan ketika pemerintah masih mempunyai stok yang berlimpah," ujar Enny, seperti diberitakan Kamis (2/6/2016).
 
Pemerintah Dinilai Sulit Stabilkan Harga Saat Puasa dan Jelang Lebaran
Sumber: BPS

 
Kondisi ini yang menurutnya tidak ada langkah antisipasi dari pemerintah terhadap pasokan yang berlimpah. Padahal pasokan yang berlimpah justru menjadi sasaran empuk bagi para spekulan untuk menimbun bahan-bahan makanan.
 
"Jadi kalau misalnya April kemarin tidak dikatakan pasokan melimpah tentu sudah ada proses antisipasi sehingga sekali pun ada kenaikan fluktuasi harga, ini tidak langsung fluktuasinya sedemikian besar," imbuh dia.
 
Persoalan fundamental terhadap spekulan diakunya memang selalu terjadi setiap tahun menjelang puasa dan Lebaran. Sayangnya persoalan ini malah dibiarkan begitu saja oleh pemerintah sehingga yang menanggung ruginya justru masyarakat sendiri.
 
"Persoalan fundamental itu tidak diselesaikan sehingga memungkinkan para spekulan terus memanfaatkan keadaan untuk menetapkan harga yang merugikan masyarakat," tegas Enny.
 
Kenaikan harga seminggu menjelang puasa dan Lebaran merupakan hal yang lumrah, tetapi jika lonjakan terjadi pada satu bulan menjelang puasa berarti ada anomali yang tidak masuk akal. Inflasi pada Mei sebesar 0,24 persen menjadi pekerjaan besar bagi pemerintah untuk menstabilkan harga saat puasa dan menjelang Lebaran.
 
"Artinya kalau sekarang sebelum Ramadan saja sudah naik, akan sulit kita berharap untuk menjungkirbalikkan harga nanti di Ramadan maupun di Lebaran bisa turun. Bagaimana mungkin, kan wong sebelum Ramadan saja sudah naik, apalagi pas ada tekanan permintaan di Ramadan dan Lebaran," pungkas Enny.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan