"Pertumbuhan ekonomi global semakin melambat dari prakiraan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju," kata Perry, dilansir dari Antara, Jumat, 20 Januari 2023.
Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi itu disertai dengan meningkatnya risiko potensi resesi di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Selain itu, penghapusan Kebijakan nol-covid di Tiongkok diprediksi menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Perry mengatakan tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global, meskipun tetap di level tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan pangan, berlanjutnya gangguan rantai pasokan, dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.
Baca: Kuat Gak Sih Indonesia Hadapi Resesi? Ini Kondisi Sebenarnya Ekonomi RI.. |
Di sisi lain, ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga dapat meningkatkan aliran modal global ke negara berkembang. Tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sementara itu, BI memperkirakan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap berlanjut, meskipun sedikit melambat ke titik tengah kisaran 4,5-5,3 persen, sejalan dengan menurunnya prospek pertumbuhan ekonomi global."Perbaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut didorong oleh permintaan domestik yang semakin kuat," katanya.
Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih tinggi sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat usai penghapusan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kebijakan Masyarakat (PPKM).
Selain itu, investasi juga diprediksi akan membaik, didorong oleh membaiknya prospek bisnis, meningkatnya aliran masuk Penanaman Modal Asing (PMA), serta berlanjutnya penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN).
Di sisi lain, ekspor diprakirakan tumbuh lebih rendah akibat melambatnya ekonomi global, meskipun akan termoderasi dengan permintaan dari Tiongkok. Berdasarkan lapangan usaha, prospek sektor industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, informasi dan komunikasi, serta konstruksi diprakirakan tumbuh cukup kuat didorong kenaikan permintaan domestik.
"Sementara secara spasial, pertumbuhan ekonomi yang kuat diprakirakan terjadi di seluruh wilayah seiring dengan perbaikan permintaan domestik," tutur Perry.
Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan rupiah terus menguat sejalan prospek ekonomi yang semakin baik dan karenanya akan mendorong penurunan inflasi lebih lanjut.
Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang impor diperkuat dengan operasi moneter valas, termasuk implementasi instrumen berupa term deposit valas dari Devisa Hasil Ekspor sesuai mekanisme pasar.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi 2022 diprakirakan bias ke atas dalam kisaran 4,5-5,3 persen didorong oleh kuatnya kinerja ekspor serta membaiknya konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News