Pada 2018, emas masih dianggap sebagai insurance asset atas ketidakpastian perkembangan global khususnya risiko geopolitik yang akhir-akhir ini menguat seperti perkembangan Korea Utara dan kebijakan ekonomi Amerika Serikat yang menaikkan suku bunga.
“Di tahun 2018, Antam tetap berkomitmen terhadap kinerja penjualan emas. Antam secara aktif meningkatkan penetrasi pasar emas baik pasar ekspor maupun domestik,” kata Direktur Keuangan Antam Dimas Wikan Pramudhito.
Menurut Dimas, setelah Singapura, India, Korea Selatan, dan Uni Emirat Arab, Antam telah merambah pasar baru ke Jepang untuk penjualan produk baru emas batangan atau minted-bar Hello Kitty.
Sementara itu strategi pemasaran domestik Antam di tahun depan masih akan optimasi dengan PT Pos Indonesia (Persero) yakni penjualan di 205 kantor pos serta melalui 15 Butik Logam Mulia yang tersebar di 11 kota besar di Indonesia.
“Antam sebagai satu-satunya perusahaan yang memiliki gold refinery di ASEAN bersertifikat London Bullion Market Association (LBMA), terus melakukan inovasi bisnis untuk meningkatkan nilai jual produk dan jasa” ujar Dimas.
”Salah satunya yakni pengembangan jasa depositori emas BRANKAS (Berencana Aman Kelola Emas) dan produk perhiasan emas Antam,” tambahnya.
Tahun ini, penjualan emas Antam lebih baik dari 2016. “Penjualan emas kami sudah tercatat 11,7 ton per November 2017, melebihi penjualan emas pada 2016. Sampai periode sembilan bulan pertama 2017, emas berkontribusi sebesar 55% dari pendapatan Perusahaan,” kata Dimas.
Menurut Dimas, tahun ini Antam mengejar ketinggalan penjualan emasnya. Hingga kuartal III 2017, penjualan emas Antam tercatat 6,9 ton. Angka itu lebih rendah dari periode yang sama di 2016 yang sebesar 8 ton.
Per 21 November 2017 harga emas tercatat $1.280 per troy ounce. Angka itu naik 10% dibandingkan awal 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News