Ani, sapaan akrabnya, mengatakan pada kuartal I kinerja impor tercatat melambat karena adanya upaya menahan laju impor. Dirinya bilang impor jor-joran baru direalisasikan pada April.
"Ada pending decision, mungkin kemarin menjelang pemilu tapi saya harus lihat apakah ada volume impor yang slow down pada kuartal I," kata Ani ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Rabu, 15 Mei 2019.
Selain itu dunia usaha juga melakukan kalkulasi terhadap kemungkinan ada libur yang panjang menjelang Idulfitri. Sehingga mereka memutuskan untuk buru-buru menumpuk stok impor pada April, seraya memenuhi kebutuhan di Lebaran.
"Jadi Januari-Maret slow down, sekarang disetok-tinggikan karena antisipasi libur panjang," tutur dia.
Baca juga: Neraca Perdagangan Defisit USD2,50 Miliar
Ani juga melihat impor yang tinggi tersebut dikarenakan industri yang sedang tumbuh sehingga membutuhkan impor bahan baku dan barang modal.
Di sisi lain, mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan buruknya defisit neraca dagang kali ini dikarenakan adanya kontraksi cukup dalam pada ekspor. Kondisi tersebut, lanjur dia perlu menjadi kewaspadaan bersama ke depannya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya melaporkan neraca perdagangan pada April 2019 mengalami defisit sebesar USD2,50 miliar. Nilai minus tersebut merupakan yang terdalam sepanjang 2019.
"Nilai neraca perdagangan Indonesia April 2019 mengalami defisit USD2,50 miliar yang disebabkan oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar USD1,49 miliar dan USD1,01 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto.
Angka defisit neraca perdagangan ini dipengaruhi kinerja ekspor yang tercatat menurun sebesar 10,80 persen dibanding Maret 2019 menjadi USD12,60 miliar. Sementara kinerja impor pada periode yang sama mengalami kenaikan 12,25 persen menjadi USD15,10 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id