"YLKI melihat posisi kelahiran Merpati menjadi startegi karena bisa menciptakan keseimbangan dalam iklim kompetisi dunia penerbangan yang sekarang sudah didominasi Lion Group (PT Lion Mentari Airlines)," kata Sudaryatmo di kawasan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Sabtu, 17 November 2018.
Baca: Daya Tarik Merpati Airlines
Ia menyampaikan dominasi dalam dunia penerbangan membuat masyarakat tidak punya pilihan. Kondisi itu juga berpotensi membuat maskapai lainnya bangkrut lantaran adanya predator pricing.
"Predator pricing itu menjual tarif di bawah harga pokok, itu bisa menyebabkan kompetitor mati," tegas dia.
Sudaryantmo berharap kembalinya Merpati bisa membuka akses mobilitas masyarakat. Perusahaan maskapai pun bisa bersaing lebih sehat dalam aspek tarif dan layanan
"Merpati memberikan pilihan untuk masyarakat. Lalu market di industri penerbangan jadi merata," ujar dia.
Baca: Kebangkitan Merpati Cara Negara Memelihara Eksistensi
Merpati diizinkan kembali terbang setelah ada putusan dari Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Timur. Hasilnya, maskapai pelat merah itu tetap bisa mengudara dengan syarat, yakni harus melunasi utang ke semua kreditur.
Operasional maskapai perintis Tanah Air ini terhenti lantaran Merpati masih menanggung beban utang Rp10,7 triliun. Sementara aset perusahaan hanya Rp1,2 triliun. Artinya, ekuitas perusahaan ini minus sekitar Rp9 triliun.
Utang tersebut yakni utang maskapai pada pada pada krediturnya. Direktur Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Hendry Sihotang mengatakan ada ribuan kreditur yang diutangi Merpati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News