"Dolar naik dianggap kedelai naik karena 100 persen hampir impor. Namum Allah berkehendak lain, harga kedelai turun saat dolar naik," ujar Aip di gudang kedelai Gakopti, Semanan, Jakarta Barat, Rabu, 19 September 2018.
Saat USD berada di kisaran Rp13.000 pada Mei 2018, harga rata-rata kedelai di tingkat importir sebesar Rp7.000 per kilogram (kg). Ketika nilai tukar rupiah hampir tembus Rp15.000 per USD, kata dia, harga kedelai tidak berubah signifikan.
Baca juga: Mendag Blusukan ke Pengrajin Tahu dan Tempe
Hanya saja, terang Aip, harga kedelai di tingkat importir berbeda dengan harga di tingkat perajin tempe tahu. Kondisi itu tetap berlaku sama di waktu sebelumnya.
"Importir itu gudangnya di pelabuhan. Setelah bergerak ke perajin tempe tahu, ada biaya angkut. Sampai di sini (Jakarta) jadi Rp7.050 per kg. Kalau diangkut ke Cilacap bisa Rp7.500 per kg," paparnya.
Perajin tahu tempe sempat mengeluhkan panjangnya mata rantai pasokan kedelai. Namun sekarang, pasokan kedelai bisa langsung diterima para perajin dari importir.
"Sekarang ketersediaan kedelai impor sudah ada di sini tinggal ambil. Kita kerja sama dengan pemerintah dan Kopti, masyarakat bisa mendapat kualitas baik dan harga yang bagus," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News