Logika Edhy
Pernyataan Edhy dilontarkan saat Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Kelautan dan Perikanan di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Logika dia, pelarangan ekspor tak berpengaruh terhadap maraknya penyelundupan benih lobster.Menurutnya, praktik curang itu malah membuat harga benih lobster asal Indonesia jatuh. Keuntungan justru dibawa lari perantara. Lagipula, kata dia, secara alamiah pertumbuhan lobster tak signifikan.
“Lobster itu kalau tidak dipanen toh tumbuhnya (hanya) 1 persen," kata Edhy.
Logika Susi
Susi Pudjiastuti sebagai penggagas pelarangan ekspor lobster jelas murka. Saat masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi sudah sangat tegas soal posisi lobster.Dia mengeluarkan Peraturan Menteri KKP Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan/atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Wilayah Negara Republik Indonesia. Artinya, lobster harus tetap tinggal dan berkembang biak di bumi pertiwi!
Jangan heran jika sepekan usai seloroh Edhy, Susi tampil dengan dua lobster dewasa di atas piring, di akun pribadi Instagramnya. Dia bercerita dengan nada datar tapi emosional tentang bagaimana posisi benur dan lobster dewasa dari sisi ekonomi.
"Lobster yang bernilai ekonomi tinggi tidak boleh punah hanya karena ketamakan kita menjual bibitnya. Dengan harga seperseratusnya pun tidak. Astagfirullah, karunia Tuhan tidak boleh kita kufur akan nikmat dari-Nya," kata Susi dalam unggahan akun resmi Instagram @susipujiastuti115 yang dilempar 10 Desember 2019, enam hari setelah Edhy berkoar.
Berikut pernyataan lengkapnya:
Hingga hari ini, Susi tetap gencar mengampanyekan pelarangan ekspor benur. Tak segan-segan, di akun resmi Twitternya, dia percakapkan kembali (retweet) akun-akun yang mendukung pelarangan ekspor benur.
Sesekali, Susi juga me-retweet akun media sosial Edhy dan staf khususnya semata-mata untuk melihat reaksi warganet tentang kebijakan suksesornya itu. Untuk lebih jelasnya, silakan pantau cuitan Susi di akunnya @susipudjiastuti yang sampai saat ini masih terus menyalak.
Jawaban Edhy
Bak bola salju, simpati terhadap kegigihan Susi mematahkan argumen Edhy membesar. Video emosional Susi di Instagram, hingga pukul 10.53 WIB hari ini, sudah dilihat 880 ribu warganet dan dikomentari 2.879 akun.Lepas dari gerah atau tidak dengan reaksi ini, Edhy berupaya memperjelas duduk perkara logikanya pada 16 Desember 2019. Lewat akun resmi Instagram @edhy.prabowo, Edhy tampak melunak dari sikap sebelumnya.
"Kemarin cukup ramai tentang lobster. Memang belum kita putuskan. Jadi, baru dalam tahap pendalaman. Ribuan orang yang tergantung dalam kehidupan ini, ini dulu yang harus dicari jalan keluarnya. Ini tugas saya untuk mencari jalan keluar, yang memang simulasinya banyak."
"Apakah kita akan ekspor? Itu salah satu solusi. Apakah solusinya benar? Itu lagi didalami. Belum jadi keputusan."
"Apakah solusinya ekspor 100 persen? Saya tidak akan setuju. Kalau mau tanya sikap saya, saya maunya dibesarkan 100 persen di Indonesia. Karena itulah potensi kita dan akan mendapatkan nilai tambah yang besar. Saya juga tidak ingin pertumbuhan merusak lingkungan."
Berikut pernyataan lengkapnya:
Posisi Jokowi
Lalu bagaimana dengan sikap Presiden Joko Widodo dengan adu argumen Susi dan Edhy. Apakah memihak mantan pembantunya dulu, yakni Susi. Atau justru lebih condong ke Edhy yang menjadi pembantunya sekarang dalam mengurusi soal kelautan dan perikanan.Rupanya Jokowi tetap main di tataran abu-abu. Ia menegaskan ekspor benih lobster tak boleh sembarangan.
"Agar benih lobster itu tidak diselundupkan, tidak diekspor secara awur-awuran (membabi buta)," kata Presiden di Gerbang Tol Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Selasa, 17 Desember 2019.
Sekilas lontaran Jokowi itu mendukung kebijakan Edhy. Tapi, perhatikan kalimat Jokowi selanjutnya. Ia menuturkan ekspor benih lobster harus mempertimbangkan aspek lingkungan dan nilai tambah terhadap ekonomi. Misalnya, dilarang menangkap dan mengekspor seluruh bibit lobster tanpa memperhatikan manfaat bagi nelayan dan ekosistem laut.
"Yang paling penting menurut saya negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat, lingkungan tidak rusak. Yang paling penting itu. Nilai tambah ada di dalam negeri dan ekspor dan tidak ekspor itu hitungannya ada di situ," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News