Kepala BPS Suhariyanto mengatakan jumlah pengangguran di Indonesia didominasi oleh lulusan SMK. Secara persentase, total pengangguran dari lululsan SMK mencapai sebesar 10,42 persen.
"Jadi perbaikan kurikulum supaya kurikulumnya cocok dengan kebutuhan industri di SMK tentu harus terus menerus dilakukan," ujar Suhariyanto dalam paparannya di kantor BPS, Jalan Dr Sutomo, Jakarta Pusat, Selasa, 5 November 2019.
Meski demikian, jumlah pengangguran dari lulusan SMK mengalami tren penurunan dari waktu ke waktu. Di Agustus 2015 misalnya, pengangguran dari tingkat pendidikan SMK mencapai sebesar 12,65 persen. Kemudian turun menjadi 11,11 persen di Agustus 2016.
Sementara di Agustus 2017 persentase pengangguran dari lulusan SMK sebesar 11,41 persen. Pada Agustus 2018 turun lagi jadi 11,24 persen, dan kembali turun per Agustus 2019 menjadi 10,42 persen.
"Trennya dari waktu ke waktu menunjukkan penurunan sehingga pada Agustus 2019 ini persentase pengangguran yang berpendidikan SMK adalah 10,42 persen," urai dia.
Sementara, pengangguran dari lulusan SMA sebesar 7,92 persen. Diikuti tingkat pendidikan Diploma I/II/III sebesar 5,99 persen, Universitas 5,67 persen, SMP 4,75 persen, serta SD 2,41 persen.
"TPT terendah sebesar 2,41 pesen terdapat pada penduduk berpendidikan SD ke bawah."
Menurut kelompok umur pengangguran, lanjut Suhariyanto, penduduk umur muda (15-24 tahun) menjadi yang tertinggi mencapai 18,52 persen. Sementara kelompok umur dewasa (25-59 tahun) sebesar 3,01 persen, dan kelompok umur tua (60 tahun ke atas) sebesar 0,66 persen.
"Dari sini kita bisa melihat bahwa persoalan yang kita hadapi adalah tingkat pengangguran untuk kelompok muda, 15-24 tahun. Biasanya mereka baru lulus SMA/SMP yang sulit mencari pekerjaan. Sehingga kalau mau membuat kebijakan harus ditujukan pada mereka yang berumur 15-24 tahun, ini menjadi titik kunci supaya kebijakannya menjadi lebih tajam," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News