Deputi II Bidang Akses Permodalan Bekraf Fadjar Hutomo mengatakan, permasalahan permodalan masih jadi kendala karena mayoritas subsektor industri kreatif bersifat intangible atau tak terlihat. Sedangkan hanya tiga sektor seperti fesyen, kuliner, dan kerajinan tangan yang berbentuk fisik.
"Ada 13 subsektor yang lain berbasis ide sehingga sulit bagi perbankan atau lembaga keuangan menentukan nilai dan menghitung jaminannya. Katakan lah subsektor aplikasi dan game," kata dia di Hotel Pullman, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (15/11/2016).
Baca: Bekraf: Jangan Bosan terhadap Ekonomi Kreatif
Dirinya menambahkan, perbankan masih kesulitan menghitung proyeksi dan tingkat kemampuan pengembalian pinjaman dari debitur. Karenanya, kata Fadjar, dibutuhkan pemahaman komprehensif oleh pelaku usaha ekonomi kreatif tentang perbankan nasional sebagai sumber permodalan.
"Sehingga pelaku ekonomi kreatif perlu diberi wawasan dan pemahaman yang cukup mengenai skema bisnis yang dibiayai perbankan. Bahkan di sektor yang berbentuk fisik sekalipun sektor permodalan masih jadi kendala utama bagi pebisnis sektor ekonomi kreatif," jelas dia.
Baca: Bekraf dan BPS Susun Basis Data Ekonomi Kreatif
Selain akses permodalan, nyatanya pelaku bisnis ekonomi kreatif masih dihadapkan pada kendala lain. Misalnya saja dalam hal pemasaran produk, keterampilan pekerja yang rendah, kesulitan bahan baku, serta keterbatasan infrastruktur pendukung dan mesin produksi.
"Bekraf akan menyampaikan informasi bagi perbankan sehingga menemukan skema yang tepat. Bekraf juga akan mengedukasi pebisnis ekonomi kreatif agar mampu melakukan pendekatan usaha sesuai karakteristik masing-masing dalam rangka pengajuan sumber permodalan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News