Salah satu pendukung berkembangnya industri kreatif yakni teknologi informasi, seperti jaringan internet berperan penting dalam mengenalkan dan memasarkan produk industri kreatif. Data Bekraf menyebutkan, mengacu data 2016, industri kreatif menyumbang sekitar Rp800 triliun atau delapan persen dari total PDB, dengan pertumbuhan dari tahun ke tahun mencapai lima persen.
"Ekonomi kreatif semakin mendapat perhatian utama di banyak negara, karena dapat memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian," tutur Fadjar, dalam keterangan tertulisnya, Sabtu 22 April 2017.
Baca: BKPM Ingin Indonesia Kembangkan Industri Kreatif seperti Korea
Dia menambahkan, melihat potensi tersebut, tidak heran jika Pemerintah terus mendorong startup untuk terus berkembang. Selain dengan memberikan wadah bagi pemain industri kreatif untung menuangkan ide-idenya. yang tidak kalah pentingnya adalah pemerataan internet.
"Harus diakui bahwa jaringan internet sangat berperan penting dalam mengenalkan dan memasarkan produk industri kreatif. Pemasaran sistem online memiliki jangkauan sangat luas dan dalam waktu singkat," jelas Fadjar.
Lebih lanjut, tambahnya, pemerataan akses internet menurutnya menjadi kewajiban Kominfo agar ekonomi yang berbasis digital kreatif ini dapat terus berkembang. Fadjar menambahkan saat ini, ada 16 subsektor yang akan terus berkembang selama 2015-2019, yakni seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi game, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya, dan kuliner.
Namun sayangnya, akses internet di Indonesia belum tersedia merata ke seluruh wilayah khususnya di daerah pelosok. Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada 2016 mengungkap bahwa penetrasi internet mayoritas masih berada di Pulau Jawa.
Baca: 2017, Bekraf Targetkan Ekspor Kreatif Tumbuh 1,3%
"Dari survei yang dipresentasikan oleh APJII itu tercatat bahwa sekitar 86,3 juta orang atau 65 persen dari angkat total pengguna internet tahun ini berada di Pulau Jawa. Sedangkan sisanya adalah 20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera. Kemudian 8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi, 7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan, 6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB, 3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua," jelasnya.
Kondisi geografis dan besarnya investasi yang dikeluarkan untuk membangun akses telekomunikasi di daerah menjadi alasan utama enggannya operator telekomunikasi untuk menghadirkan layanannya di daerah pelosok.
Wakil Ketua Komisi I DPR RI Hanafi Rais menambahkan bahwa layanan 4G LTE juga dibutuhkan oleh masyarakat di pedesaan yang memiliki potensi daerah seperti destinasi wisata dan potensi ekonomi agar semakin dikenal di dunia internasional.
"Terlebih lagi wisatawan lokal maupun dunia saat ini tengah mencari tempat wisata yang tidak main stream. Saya kira dengan menggunakan media internet 4G LTE hal tersebut bisa dilakukan," tutur dia.
Dengan layanan 4G LTE masyarakat dapat merasakan pengalaman mobile digital lifestyle yang sesungguhnya khususnya pagi para pelaku usaha kecil/UKM dapat mulai memanfaatkan teknologi telekomunikasi untuk meningkatkan daya saing serta meperluas jaringan marketingnya. Selain itu manfaat bagi pelanggan lainnya untuk melakukan download, upload, atau pun sharing berbagai jenis konten dalam file besar seperti foto, video, games, aplikasi, dan lain sebagainya dengan jauh lebih baik.
Senada International Telecommunication Union (ITU) Development Bureau Brahima Sanou ajang ITU ICT Summit di Bali menyampaikan bahwa kondisi geografis seharusnya tidak menjadi halangan bagi swasta untuk membangun infrastruktur telekomunikasi.
"Jika pembangunan infrastruktur tidak segera diratakan bagaimana mungkin digital economy bisa terwujud," tegasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News