Menurut Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Ricky Joseph Pesik, sepanjang tahun lalu kinerja ekspor produk ekonomi kreatif menurun menjadi USD18 juta, bila dibanding tahun 2015 sebesar USD19,4 juta.
"Meski turun di 2016, tapi tren perdagangan di sektor ekonomi kreatif menunjukkan peningkatan yang cukup pesat," kata Ricky, ditemui di kantor pusat Indonesia Eximbank, SCBD Sudirman, Jakarta, Kamis (26/1/2017).
Seperti melansir data Bekraf, dalam kurun waktu lima tahun hingga 2015, besaran Produk Domestik Bruto (PDB) ekonomi kreatif naik dari posisi Rp525,96 triliun menjadi Rp 852,24 triliun. Rata-rata peningkatan sebanyak 10,14 persen sejak 2010.
Diakui Ricky, ada tiga subsektor yang menyumbang kontribusi terbesar untuk kinerja ekonomi kreatif, seperti industri fesyen (56,27 persen), kriya (37,52 persen), dan kuliner (6,09 persen). Bekraf sedang berusaha meningkatkan nilai tambah produk ekonomi kreatif, agar bisa diterima pasar internasional.
"Kami punya target, membawa merek lokal tembus pasar internasional. Produk ekonomi kreatif Indonesia nantinya tak hanya dibeli pemain global, tapi benar dikenal merek aseli Indonesia. Kita ingin bawa merek lokal bisa ditemukan di kota besar dunia," jelas Ricky.
Dia menambahkan, dalam menembus pasar internasional akan sulit jika tidak ada bantuan bagi pelaku industri ekonomi kreatif.
"Eximbank ada peluang pembiayaan ke pelaku usaha, makanya kita teken kerjasama," pungkas Ricky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News