Keempat holding tambahan itu yakni, BUMN perkapalan dan alat berat, BUMN maritim, BUMN farmasi, dan BUMN asuransi.
"Yang empat (holding) baru ini masih konsep. Target kami 2017 karena banyak hal teknis yang harus dipersiapkan," kata Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha BUMN Aloysius Kiik Ro dikutip dari Antara, Rabu (23/11/2016).
Aloysius menuturkan, hingga saat ini pihaknya fokus untuk pembentukan dua holding BUMN sektor tambang dan migas.
Baca : Menteri Rini Pastikan Rampungkan 6 Holding BUMN
Holding BUMN tambang dipimpin PT Inalum (Persero) terdiri atas PT Timah (Persero), PT Bukit Asam (Persero), dan PT Aneka Tambang (Persero).
Sementara holding BUMN migas akan menggabungkan PT Pertamina (Persero) dengan PT Perusahaan Gas Negara Tbk, di mana Pertamina menjadi induk perusahaan.
"Sampai akhir tahun tampaknya hanya dua (yang terbentuk). Dua sektor ini yang sudah komplit, PP (peraturan pemerintah) sudah siap di Sekretariat Negara," ujarnya.
Ada pun empat holding yang tengah disiapkan antara lain holding BUMN Jalan Tol dan Konstruksi, BUMN Perumahan, BUMN Pangan, BUMN Perbankan dan Jasa Keuangan.
"Sisanya ini masalah selisih bulan saja (dengan holding BUMN migas dan tambang). Insya Allah (kuartal pertama 2017) karena masih di Ditjen Kekayaan Negara Kemenkeu," ucapnya.
Pembentukan holding bertujuan untuk memperkuat permodalan perseroan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama.
Pembentukan holding BUMN juga bertujuan agar perusahaan pelat merah bisa lebih berkembang, dapat meningkatkan leverage perusahaan sehingga tidak tergantung pada injeksi modal dari negara.
Hal itu dilakukan lantaran pemerintah tak lagi menggangarkan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk BUMN dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News