Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. FOTO: dok Kemenkeu
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. FOTO: dok Kemenkeu

Wamenkeu: Pembangunan EBT Jadi Pilar Pertumbuhan Ekonomi ke Depan

Angga Bratadharma • 12 Desember 2022 11:31
Jakarta: Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara menjelaskan salah satu pilar pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang dalam transisi menuju ekonomi hijau adalah pembangunan yang menggunakan Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
 
Ia menambahkan transisi menuju ekonomi hijau juga meliputi bukan saja pembangunan EBT, namun juga mengurangi karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan. "Indonesia telah memberi janji. Kita akan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat dari itu," kata Suahasil, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 12 Desember 2022.
 
"Kita yakin pembangunan ekonomi Indonesia masih akan tetap mengeluarkan emisi karbon. Namun kita akan melakukan kompensasi sehingga kita akan mendapatkan NZE," tambahnya, dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) ke-65 dan Lustrum XIII Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unpad.

Kementerian Keuangan meyakini antara ekonomi hijau dan pertumbuhan ekonomi bukan saling trade off. Ekonomi hijau adalah merupakan sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia ke depan.
Baca: Kemenhub Gencar Kampanyekan Kembali ke Angkutan Umum

“Ketika kita mengurangi emisi karbon, ketika kita mengurangi pembangkit listrik tenaga uap yang berasal dari batu bara, ketika kita mengurangi kegiatan-kegiatan ekonomi yang menghasilkan emisi karbon, semuanya akan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru," ucapnya.
 
"Karena pada saat yang bersamaan, demand dari domestik untuk energi, demand dari domestik untuk kegiatan-kegiatan industri akan terus meningkat. Karena itu, energi baru terbarukan menjadi betul-betul sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia dalam jangka menengah dan panjang,” tambah Wamenkeu.
 
Wamenkeu menceritakan mengenai banyak negara yang kembali ke bahan bakar fosil. Amerika Serikat mengeluarkan cadangan energi minyak dan Eropa mulai melihat bagaimana membeli batu bara dari negara-negara penghasil batubara di seluruh dunia.
 
"Kita pahami bahwa ini adalah gerakan jangka pendek dalam rangka melindungi masyarakat. Eropa, Amerika sedang menuju winter, musim dingin yang memerlukan energi. Indonesia melakukan peningkatan fossil fuel dalam bentuk meningkatkan subsidi energi yang saat ini kita perkirakan akan ada di atas Rp500 triliun dari APBN," ujar Wamenkeu.
 
Menurut Wamenkeu, ketegangan geopolitik membuat harga energi di tingkat yang relatif tinggi. Hal tersebut merupakan bentuk dari proteksi kepada masyarakat karena masyarakat kita tetap memerlukan energi dan tetap memerlukan kegiatan ekonomi agar pemulihan bisa berlangsung cepat.

 
“Namun di dalam jangka menengah panjang, kami meyakini ekonomi hijau dan pertumbuhan ekonomi akan saling meng-komplementer,” kata Wamenkeu.
 
Untuk itu, Indonesia telah meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM), suatu mekanisme di mana Indonesia akan melakukan early retirement atau penghentian lebih awal dari beberapa pembangkit listrik tenaga batubara kita.
 
“Ini yang kita sudah desain dan akan kita lanjutkan terus desainnya dalam beberapa waktu ke depan,” pungkas Wamenkeu.

 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan