"Dengan capaian ini, kita tetap optimistis menghadapi tantangan perekonomian global 2024 yang masih penuh ketidakpastian," ujar Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) Nixon Napitupulu, saat BTN Economy Outlook 2024 di Surabaya, Jawa Timur, dikutip Rabu, 31 Januari 2024.
Tantangan di 2024
Beberapa tantangan yang harus dicermati di antaranya krisis secara global yang ditimbulkan oleh perang Rusia dan Ukraina, pelemahan ekonomi Tiongkok, serta tensi geopolitik Timur Tengah yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga komoditas, baik energi maupun pangan yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Pelemahan ekonomi global yang potensi tumbuhnya hanya 2,8 persen, membuat munculnya fenomena gradual disinflation atau inflasi yang turun secara lambat.
Hingga Desember 2023, The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya menjadi 5,50 persen atau mencapai 525 bps sejak Februari 2022. Kenaikan Fed Funds Rate yang agresif ini diperkirakan akan tetap tinggi dengan siklus yang lebih panjang mendorong tetap kuatnya mata uang dolar AS sehingga memberikan tekanan pelemahan nilai tukar di berbagai negara.
Di sisi moneter, Bank Indonesia juga terus memperkuat bauran kebijakan BI-7 Day Reverse Repo Rate untuk mengelola volatilitas nilai tukar rupiah, dan pendalaman pasar keuangan, untuk mengarahkan ekspektasi inflasi dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah.
Pentas Pemilihan Umum (Pemilu) yang akan segera telaksana, yang berdampak pada perilaku investor yang lebih wait and see dalam melakukan ekspansi usaha. Perkembangan digitalisasi dan artificial intelligent yang semakin cepat dalam mendominasi kehidupan perekonomian dunia, termasuk Indonesia.
"Adanya kegiatan BTN Economic Outlook 2024 bertujuan untuk memberikan informasi atau pandangan kepada Nasabah BTN Prioritas yang terundang terhadap perekonomian dan politik di Indonesia di 2024, sehingga nasabah dapat mempersiapkan mitigasi risiko yang tepat dalam menghadapi tantangan makroekonomi pada 2024, termasuk pendapat terkait produk-produk investasi yang dapat dipilih ke depannya," jelas Nixon.
Baca juga: Begini Nasib Ekonomi Global Sepanjang Tahun Depan |
Situasi geopolitik global
Wakil Menteri Luar Negeri RI Pahala Nugraha Mansury mengakui situasi geopopolitik saat ini tidak begitu kondusif. Sehingga mengakibatkan beberapa kondisi fragmentasi, baik itu dari sisi politik maupun ekonomi.
"Kita mengetahui saat ini sedang terjadi sebuah tensi global yang semakin meningkat, khususnya yang disebabkan karena adanya persaingan antara AS dan Tiongkok. Tiongkok saat ini telah semakin mendekati kondisi dan skala ekonomi dari AS," kata Pahala.
Dia melanjutkan, meskipun 2024 masih ada perkembangan geopolitik yang menghambat, namun diharapkan Indonesia bisa mencari peluang-peluang baru.
Proyeksi pertumbuhan penjualan rumah
Di sisi lain, BTN memproyeksikan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini di angka sekitar 11-12 persen. Hal ini didorong adanya stimulus pemerintah mulai dari kebijakan PPN Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) hingga harga rumah Rp5 miliar, insentif biaya administrasi pengurusan rumah murah untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) sebesar Rp4 juta, pelonggaran rasio LTV/FTV Kredit/Pembiayaan Properti menjadi maksimal 100 persen untuk semua jenis properti, masih adanya KPR Subdisi dan lain sebagainya.
"Stimulus-stimulus ini yang menyebabkan pertumbuhan penjualan rumah tahun ini kita harapkan mencapai 12 persen," kata Nixon.
Nixon mengatakan beberapa langkah stimulus yang diberikan oleh pemerintah sebagai countercyclical buffer untuk mengatasi dampak penurunan perekonomian masyarakat telah dijalankan dengan baik oleh perbankan dan pemulihan ekonomi telah menunjukkan perbaikan yang signifikan ke arah yang lebih baik.
"Hal ini menjadikan sektor properti masih menjadi sektor yang dapat memberikan kontribusi banyak terhadap pertumbuhan perekonomian di Indonesia," tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News