Mengutip data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), penerimaan sektor migas mencapai Rp300 triliun di periode 2012-2014. Pada 2016, kontribusi dari sektor migas hanya sekitar Rp80 triliun-Rp90 triliun. Padahal, sektor migas sampai saat ini merupakan pendorong ekonomi nasional.
Penerimaan di sektor migas yang menurun memberikan pengaruh besar bagi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) negeri ini.
Menurut Direktur Jenderal Anggaran Kemenkeu Askolani, total penerimaan di sektor migas di 2012-2014 tidak jauh berbeda dengan angka subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik yang diberikan pemerintah mencapai Rp350 triliun. Ketika pemerintah tidak melakukan perubahan energi di 2015, tentu beban subsidi akan menggerus angka APBN.
"Untungnya 2015, pemerintah ubah kebijakan subsidi energi dan listrik. Kalau tidak diubah pak Menteri, habis kita," ujar Askolani, ditemui dalam acara 'Economic Challenges, Special Energy Outlook Series', di Energy Building, Jakarta, SCBD Sudirman, Jumat 24 Maret 2017.
Fungsi dari APBN diakui Askolani sebagai alat untuk pembangunan negara. Dana-dana itu untuk mempercepat pembangunan berbagai sektor, tak terkecuali sektor migas. Meski penerimaan migas turun, pemerintah masih menjaga dana negara di posisi yang aman.
Baca: Sepanjang 2016, Penerimaan Perpajakan Shortfall Rp255,6 Triliun
"Kami masih bisa menjaga defisit di bawah tiga persen dari produk domestik bruto (PDB). Ini tantangan ke depan, bukan tanggung jawab dari perusahaan migas," papar Askolani.
Dia menambahkan, rendahnya penerimaan negara dari sektor migas, tak luput dari harga minyak mentah yang terus bergejolak. Bukan hanya Indonesia yang merasakan hal ini, tapi negara lainnya seperti Rusia, Arab Saudi, dan negeri Timur Tengah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id