"Sebetulnya kalau dilihat dari year on year belum (resesi), karena ini baru pertama kali kita kontraksi," kata Ani sapaannya dalam video conference di Jakarta, Rabu, 5 Agustus 2020.
Ani mengungkapkan kontraksi ekonomi pada kuartal II ini membuat pemerintah akan lebih keras dalam mendorong pemulihan ekonomi. Sebab, Indonesia bisa jatuh ke jurang resesi jika ekonomi kuartal selanjutnya kembali mencatatkan pertumbuhan negatif.
Karena itu, peran Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta dunia usaha sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal III.
"Kita berharap dunia usaha, masyarakat dan seluruh stakeholder juga ikut bersama-sama ikut memulihkan ekonomi kita yang memang terdampak oleh covid yang telah menyebabkan (ekonomi) kuartal II negatif 5,32 persen," ungkap dia.
Baca juga: Jangan Panik, Indonesia Belum Resesi
Adapun ekonomi Indonesia kuartal II-2020 tumbuh negatif 4,19 persen jika dibandingkan kuartal I-2020. Sementara secara kumulatif untuk semester I-2020, ekonomi Indonesia tumbuh minus 1,26 persen dibandingkan dengan semester I tahun lalu.
Seluruh komponen pertumbuhan ekonomi juga mencatatkan pertumbuhan negatif di kuartal II-2020, yaitu konsumsi rumah tangga minus 5,51 persen, investasi minus 8,61 persen, ekspor minus 11,66 persen, konsumsi pemerintah minus 6,9 persen, konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) minus 7,76 persen, dan impor minus 16,96 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News