Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: MI.
Ilustrasi neraca perdagangan. Foto: MI.

Neraca Perdagangan Indonesia Cetak Surplus 49 Bulan Beruntun, Rekor Berlanjut!

Antara • 19 Juni 2024 18:12
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama 49 bulan beruntun sejak Mei 2020, dengan keberlanjutan keuntungan pada Mei 2024 sebesar USD2,93 miliar.
 
"Dengan demikian, hingga Mei 2024, neraca perdagangan barang Indonesia telah mencatatkan surplus beruntun selama 49 bulan secara berturut-turut," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers perkembangan ekspor dan impor Mei 2024 di Jakarta, Rabu, 29 Juni 2024.
 
Habibullah menjelaskan, keberlanjutan surplus itu didapat dari keuntungan transaksi perdagangan di sektor nonmigas yang mencapai USD4,26 miliar, serta dikurangi defisit transaksi perdagangan sektor migas USD1,33 miliar.
 
Selama periode Januari-Mei 2024, secara kumulatif Indonesia mengalami surplus hingga USD13,06 miliar. "Selama Januari–Mei 2024 sektor migas mengalami defisit USD8,07 miliar, namun masih terjadi surplus pada sektor nonmigas USD21,13 miliar, sehingga secara total mengalami surplus USD13,06 miliar," ujarnya.
 
Baca juga: Mantap! Nilai Ekspor Indonesia Mei 2024 Capai USD22,33 Miliar, Naik 13,82%
 

Negara penyumbang surplus terbesar


Lebih lanjut, ia menyampaikan tiga negara penyumbang surplus nonmigas terbesar pada Mei 2024 yakni India sebesar USD1,5 miliar, Amerika Serikat USD1,2 miliar, serta Jepang sebanyak USD742 juta.
 
Sedangkan tiga negara penyumbang defisit neraca perdagangan tertinggi yaitu Tiongkok USD1,3 miliar, Australia USD539 juta, serta Thailand USD320 juta.
 
Sebelumnya Badan Pusat Statistik menyampaikan kenaikan nilai ekspor Mei 2024 yang mencapai USD22,33 miliar atau naik secara bulanan 13,82 persen didominasi oleh kontribusi industri pengolahan nonmigas (manufaktur) yang menyumbang terhadap devisa di periode ini sebesar USD20,9 miliar.
 
Sementara untuk impor pada Mei 2024 yang mencapai USD19,40 miliar, didominasi oleh pembelian bahan baku atau penolong yakni sebesar USD14,1 miliar atau 72,6 persen dari total impor di periode tersebut.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan