Ilustrasi beban utang Indonesia - - Foto: dok MI.
Ilustrasi beban utang Indonesia - - Foto: dok MI.

Ini Alasan Pemerintah Gak Cetak Duit Banyak-banyak Buat Bayar Utang

Husen Miftahudin • 17 Januari 2023 11:28
Jakarta: Persoalan utang memang tidak ada habisnya, mulai dari utang pribadi sampai utang negara yang terus-terusan jadi perbincangan hangat. Memang utang pribadi akan terus dibawa sampai mati, tapi kalau utang negara apakah rakyat akan terus dibebankan sampai mati?
 
Eits, tenang. Utang negara itu persoalan lain. Utang negara itu bebannya pemerintah, meskipun memang negara meminta peran serta masyarakat untuk bersama-sama menutup beban tersebut. Karena pada dasarnya, utang itu ditujukan untuk pembangunan yang notabene juga dinikmati oleh seluruh masyarakat.
 
Total utang
Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga akhir November 2022 utang Pemerintah Indonesia tercatat sebesar Rp7.554,2 triliun. Rasio utang tersebut setara 38,65 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia.
 
Utang tersebut terdiri dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp6.697,83 triliun dan pinjaman senilai Rp856,42 triliun, yang diperoleh dari pinjaman dalam negeri sebesar Rp17,52 triliun dan pinjaman luar negeri Rp838,90 triliun.
 
Penerbitan SBN terdiri dari SBN domestik Rp5.297,81 triliun dan SBN valuta asing (valas) sebesar Rp1.400,02 triliun.
 
SBN domestik sendiri mayoritas berasal dari surat utang negara (SUN) sebesar Rp4.317,74 triliun dan surat berharga syariah negara (SBSN) sebesar Rp980,08 triliun. Sedangkan, SBN valas juga didominasi oleh SUN sebesar Rp1.066,68 triliun dan SBSN sebesar Rp333,34 triliun.
 
Baca juga: Update! Indonesia Masih Punya Utang Rp5.899 Triliun

 
Kenapa gak cetak duit aja buat bayar utang?
 
Pertanyaan ini sering sekali dilontarkan netizen di berbagai platform media sosial. Tidak sepenuhnya salah memang, karena pemerintah punya Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertugas untuk mencetak uang rupiah.
 
Selain itu, juga ada bank sentral (Bank Indonesia) yang punya wewenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah tersebut.
 
Tapi eh tapi, uang rupiah yang dicetak dan diedarkan tidak bisa asal. Harus ada perencanaan dan pertimbangan yang matang berapa jumlah yang harus dicetak dan diedarkan agar tidak terjadi musibah di kemudian hari.
 
Ini yang bakal terjadi kalau kebanyakan cetak duit
 
Dikutip dari berbagai sumber yang dirangkum Medcom.id, berikut ini hal-hal yang akan terjadi jika pemerintah mencetak uang terlalu banyak, termasuk dengan alasan untuk membayar utang:
 
- Nilai uang akan turun
Ketika pemerintah mencetak uang dalam jumlah besar, nilai uang itu sendiri akan turun. Ini karena banyaknya uang yang beredar, yang tidak diikuti dengan semakin banyaknya barang di pasar, maka akan membuat harga barang tersebut menjadi mahal.
 
Sehingga, barang tersebut akan langka dicari. Hal ini akan membuat nilai uang yang sudah dicetak banyak, justru malah turun bahkan jadi tidak bernilai lagi (tidak berarti).
 
- Inflasi melonjak
Dampak lain jika negara mencetak uang sebanyak-banyaknya adalah akan mendorong laju inflasi. Inflasi merupakan kenaikan barang atau jasa, yang menyebabkan daya beli uang menurun.
 
Jika pemerintah terlalu banyak mencetak uang, maka harga produk akan semakin cepat naik. Kenaikan harga ini terjadi pada sebagian besar barang dan jasa, secara terus menerus atau dalam kurun waktu tertentu. Sama halnya dengan uang, peredaran jumlah uang dan barang yang beredar haruslah seimbang.
 
- Muncul utang baru
Uang yang dicetak tidak ditopang komoditas bisa menimbulkan masalah karena tidak ada pertambahan aset. Sebab, pemerintah tidak punya apa-apa untuk membayar utang tersebut.
 
Begitu pula dengan mencetak uang, mencetak uang tidak boleh untuk kebutuhan membayar utang negara saja. Bukannya terbebas dari kemiskinan, pencetakan uang yang banyak dan tak terkendali justru bisa membuat utang negara bertambah.
 
Untuk membayar utang luar negeri, suatu negara harus dapat mengukur populasinya dan bekerja secara produktif memanfaatkan kekuatan dan potensi negara seperti sumber daya alam, komoditas, wisata, dan sebagainya.
 
Baca juga: Kenapa Negara Harus Berutang? Ini Penjelasannya..

 
Negara-negara yang coba cetak uang banyak, tapi malah jadi sengsara
 
- Argentina
Salah satu negara berkembang di Amerika Latin ini pernah mencetak uang banyak, dengan tujuan untuk membayar utang yang semakin menggunung.
 
Argentina mencetak uang baru dengan nilai 54 persen dari pendapatannya, lalu naik jadi 86 persen pada 1985-1990.
 
Alhasil, nilai peso (mata uang resmi Argentina) terus melemah dan tidak stabil. Masyarakat akhirnya tidak percaya peso dan mulai pindah ke mata uang dolar AS.
 
- Inggris
Salah satu negara adidaya ini juga pernah mengalami hal serupa. Bedanya, pada 1914, Bank of England menerbitkan uang kertas dengan pertumbuhan 41,2 persen.
 
Inggris mencetak uang banyak-banyak bukan untuk membayar utang, melainkan untuk membiayai kebutuhan perang. Naas, inflasi Inggris langsung naik menjadi 13,5 persen.
 
-Jerman
Kondisi inflasi juga terjadi di Jerman saat masa Perang Dunia I. Kebutuhan dana yang besar untuk perang membuat Jerman meninggalkan emas sebagai mata uang Mark. Alhasil, harga komoditas naik pada 1923.
 
Harga sepotong roti saat perang di Jerman bahkan mencapai 200 miliar Mark. Ibu-ibu Jerman saat itu menjadikan uang kertas Mark sebagai bahan bakar karena nilainya lebih rendah dari kayu bakar.
 
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(HUS)



LEAVE A COMMENT
LOADING

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif