"Ada peningkatan hingga empat kali lipat dari nilai awal yang ditawarkan sekitar USD2 miliar," ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara di Jakarta, Jumat 25 Maret 2017.
Sebelumnya, Menkeu Sri Mulyani Indrawati menerbitkan instrumen surat utang, yaitu sukuk global pada Maret lalu. Utang yang ditarik mencapai USD3 miliar atau setara Rp40 triliun (kurs Rp13.300 per USD).
Mirza mengatakan situasi oversubscribe menggambarkan ada kepercayaan investor pada ekonomi Indonesia di tengah berbagai tekanan eksternal. Belum lagi, jika dibandingkan dengan penerbitan sukuk global pada Desember lalu, sukuk global kali ini memiliki yield yang lebih rendah.
Baca: Menkeu: Penerbitan Sukuk Global Lebih dari USD2 Miliar
"Padahal, situasinya FED rate naik, juga ada perubahan kepemimpinan di Amerika Serikat yang dianggap berisiko secara eksternal," kata Mirza.
Hal itu jadi indikasi positif di tengah situasi yang ada bahwa investor global memiliki persepsi terus membaik pada Indonesia meski tantangan eksternal tidak semakin mudah.
"Itu artinya pengelolaan ekonomi yakni makroekonomi yang dilakukan pemerintah dan BI dapat diterima pasar dengan baik sebab semuanya menunjukkan persepsi yang positif," tutur dia.
Menurut Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Scenaider H Siahaan, sukuk global diterbitkan untuk mendukung pembiayaan pemerintah pada APBN 2017 dengan mempertimbangkan diversifikasi pasar pembeli obligasi syariah Indonesia.
Tahun lalu, pemerintah menerbitkan sukuk global senilai USD2,5 miliar, yaitu seri SNI21 dengan tenor lima tahun dan nominal USD750 juta serta seri SNI26 dengan tenor 10 tahun dan nominal USD1,75 miliar. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News