Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, negara-negara seperti Turki, Meksiko, dan termasuk Indonesia terpantau masih dapat terus bertahan pada posisi ekspansi akselerasi. Meski begitu, dilihat dari sisi nilai ekspor dan impor, Indonesia juga mengalami perlambatan.
Ia menilai ekspor sampai dengan Juni mencapai USD20,61 miliar atau turun 21,2 persen (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. Hal itu dikarenakan menurunnya permintaan terhadap barang ekspor serta harga komoditas yang mengalami koreksi. Selaras, nilai impor juga mengalami penurunan 18,3 persen (yoy).
"Meskipun ekspor dan impor dua-duanya kontraksi level atau tingkat ekspor lebih tinggi dari tingkat impor, sehingga neraca perdagangan ekspor dikurangi impor untuk barang mencapai surplus USD3,45 miliar untuk Juni," kata Ani, sapaan akrabnya, dikutip dari keterangan tertulisnya, Senin, 24 Juli 2023.
Baca: Atur Harga Bapok Terjangkau, Pemerintah Beri Subsidi Jika Kemahalan |
"Secara akumulasi Januari hingga Juni, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD19,93 miliar. Ini adalah sebuah prestasi karena kalau kita lihat 38 bulan berturut turut neraca perdagangan kita tetap terjaga surplus," tambah Menkeu.
Sementara itu, Ani menambahkan, indikator kinerja APBN lainnya seperti faktor permintaan dalam negeri Indonesia yang masih menunjukan optimise, mandiri spending index yang telah kembali normal, indeks penjualan riil tumbuh tinggi, PMI Indonesia terpantau ekspansif akseleratif, dan konsumsi listrik bisnis tumbuh kuat.
Selain itu, lanjutnya, neraca perdagangan dan neraca pembayaran secara umum tercatat cukup baik, pergerakan nilai tukar rupiah masih mengalami apresiasi atau menguat 4,7 persen (ytd) dibandingkan dengan USD, serta kinerja baik pasar surat berharga negara tetap terjaga karena didukung oleh likuiditas domestik yang cukup baik dan capital inflow.
"Banyak negara yang sudah terkoreksi cukup dalam, namun Indonesia masih dalam posisi cukup favorable," tukas Ani.
Lebih lanjut, Ani melaporkan kinerja APBN hingga akhir Juni 2023 tetap solid dan baik. Hal itu ditandai dengan total pendapatan negara mencapai Rp1.407,9 triliun atau 57,2 persen dari total target pendapatan negara tahun ini. Menkeu menilai, pertumbuhan pendapatan negara 5,4 persen dibandingkan dengan tahun lalu ini relatif lebih normal
"Karena sebelumnya kita selalu melihat pendapatan negara pertumbuhannya cukup tinggi yaitu double digit," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News