Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, dalam bidang ekonomi, Arab Saudi memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu alternatif sumber pembiayaan investasi di sektor-sektor strategis di Indonesia. Apalagi investasi dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia masih sangat terbatas, jauh di bawah investasi negara-negara Asia Timur.
Nilai investasi asal Arab Saudi yang masuk ke Indonesia pada 2016 hanya sebesar USD900 ribu, atau hanya berada pada peringkat 57. Sementara investasi asal Singapura, Jepang dan Tiongkok masing-masing mencapai sebesar USD9 miliar, USD5,5 milair, dan USD2,75 milair.
Baca: Pengamanan Raja Salman Setara Obama
Bagi Arab Saudi, kerja sama dengan negara-negara Asia termasuk Indonesia merupakan langkah strategis yang dibutuhkan akibat perubahan geopolitik dan ekonomi dunia yang memengaruhi hubungan antara Arab Saudi dengan negara-negara Barat yang selama ini sangat erat.
Manakala hubungan AS cenderung merenggang sejalan dengan kebijakan presiden Trump, Uni Eropa juga sedang mengalami gejolak politik dan perlambatan ekonomi. Jatuhnya harga minyak dunia yang diperkirakan akan bertahan pada level rendah pada waktu lama semakin mendorong Arab Saudi untuk mencari sumber-sumber baru pembiayaan negara.
Baca: Petugas Kewalahan Atur Warga
"Indonesia, yang memiliki pasar yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi, ditambah lagi dengan kedekatan secara sejarah dan budaya, tentunya merupakan mitra yang sangat strategis bagi Arab Saudi untuk menjalin kerja sama ekonomi," kata Faisal, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis 2 Maret 2017.
%20berjalan%20bersama%20Raja%20Arab%20Saudi%20Salman%20bin%20Abdulaziz%20Al%20Saud%20(kedua%20kanan)%20(ANTARA%20FOTO%20Setpres-Editiawarman).jpg)
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjalan bersama Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud (kedua kanan) (ANTARA FOTO/Setpres-Editiawarman)
CORE Indonesia mencatat ada beberapa hal yang patut mendapatkan perhatian Pemerintah Indonesia dari kunjungan resmi pemerintah Arab Saudi ini. Pertama, Pemerintah Indonesia perlu memanfaatkan kunjungan ini untuk menarik investasi sebesar-besarnya dari Arab Saudi.
Sejalan dengan visi 2030 Arab Saudi yang ingin mendongkrak pendapatan di luar sektor minyak, pendapatan dari ekspansi investasi ke negara lain menjadi salah satu perhatian negara itu. Di Indonesia, investasi Arab Saudi periode 2013-2016 masih kecil, dan lebih banyak di sektor tersier terutama perdagangan dan reparasi dan properti khususnya hotel dan restoran.
Baca: Raja Salman Lakukan Sembilan Agenda di Bogor
Oleh karena itu, pemerintah perlu mendorong peningkatan investasi negara itu ke sektor-sektor yang paling dibutuhkan negara ini seperti pengembangan industri pengolahan minyak mentah dan industri petrokimia.
Kedua, kerja sama perdagangan perlu diperluas untuk mendorong ekspor Indonesia ke Arab Saudi, baik ekspor produk-produk yang selama ini sudah menjadi andalan, maupun produk-produk potensial yang penetrasinya ke pasar Arab Saudi masih terbatas.
Baca: DPR akan Singgung Janji Santunan Arab Saudi untuk korban Kecelakaan Crane
Selama ini pangsa ekspor Indonesia di Arab Saudi masih sangat kecil dibandingkan dengan pangsa ekspor negara-negara Asia lainnya seperti Tiongkok, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam. Dari total impor Arab Saudi 2015, pangsa pasar ekspor Indonesia hanya sebesar 1,5 persen, sementara Thailand 2,3 persen dan Vietnam 1,8% persen.

Raja Salman bin Abdul Aziz Al-Saud disambut Presiden joko Widodo di Bandara Halim Perdanakusuma -- AFP/Bay Ismoyo
Ekspor terbesar Indonesia ke Arab Saudi selama ini adalah kendaraan bermotor, kayu olahan, minyak sawit dan produk ikan. Selain mendorong peningkatan ekspor produk-produk tersebut, Indonesia juga perlu mendorong ekspor produk-produk lain yang penetrasi pasarnya di Arab Saudi masih kecil, seperti alas kaki, tekstil dan pakaian jadi.
Baca: Hari Pertama, Raja Salman Lakukan Perjanjian Kerja Sama Hingga Bertemu Pemuka Agama
Ketiga, Indonesia perlu memperbaiki perjanjian perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Pada 2016, jumlah TKI yang bekerja di Arab Saudi sebanyak 13.500 orang, atau enam persen dari total TKI di luar negeri. Jumlah TKI di Arab Saudi adalah yang terbesar kelima setelah Malaysia, Taiwan, Singapura, dan Hongkong.
"Meski demikian, total nilai remitansi yang dibawa TKI dari Arab Saudi justeru yang paling besar yakni USD2,775 juta atau 31 persen dari total penerimaan remitansi Indonesia. Hanya saja, perlindungan TKI yang bekerja di negara itu sampai saat ini masih sangat lemah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memperkuat payung hukum perlindungan terhadap TKI," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News