"Semula saat ada penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM), inflasi pada Oktober 2022 diperkirakan bisa mencapai 6,1 persen secara tahunan, tetapi realisasinya hanya 5,7 persen," kata Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala IV Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) 2022, dilansir Antara, Kamis, 3 November 2022.
Inflasi inti pada Oktober 2022 yang mencapai 3,31 persen (yoy) juga lebih rendah dari perkiraan sebesar 3,7 persen sehingga di akhir 2022 inflasi inti diperkirakan lebih rendah dari perkiraan awal yang sebesar 4,3 persen (yoy).
"Penyebab inflasi lebih rendah, salah satunya koordinasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengendalikan harga pangan melalui Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan TPID, Gerakan Nasional Pengendali Inflasi Pangan (GNPIP), dan pemberian insentif kepada kepala daerah yang berhasil jaga inflasi," jelasnya.
Baca juga: Tenang, Kondisi Sistem Keuangan Indonesia Kuat Kok! |
Inflasi pangan yang terkendali menjadi faktor positif yang dapat meredam dampak penyesuaian harga BBM.
"Faktor lain yang juga membuat inflasi menjadi lebih rendah dari perkiraan awal ialah stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan BI sehingga tidak terjadi imported inflation," imbuhnya.
Sebelumnya BI juga menaikkan suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti dapat kembali ke bawah empat persen secara lebih cepat.
Normalisasi inflasi yang semua diperkirakan baru akan terjadi pada semester II-2023 pun diperkirakan akan terjadi lebih cepat yakni pada paruh pertama 2023.
"BI akan terus memantau, melakukan review respons-respons lanjut bagaimana kebijakan moneter dan inflasi agar terkendali dan segera kembali ke sasaran," ucapnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News