Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Meski Turun, RI Catat Neraca Perdagangan Surplus 4 Tahun Berturut-turut

Antara • 15 Mei 2024 14:42
Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus selama empat tahun berturut-turut dengan nilai kumulatif sebesar USD157,21 miliar.
 
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan surplus neraca perdagangan pada April 2024 sebesar USD3,56 miliar atau turun USD1,02 miliar secara bulanan. 
 
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 48 bulan berturut-turut sejak Mei 2020 atau empat tahun beruntun.
 
"Akumulasi surplus selama 48 bulan hingga April 2024 mencapai USD157,21 miliar. Jika dipilah menurut komponen migas dan nonmigas selama 48 bulan terakhir, komponen migas mengalami defisit sebesar USD66,93 miliar dan nonmigas surplus USD224,15 miliar," ujar Pudji dalam jumpa pers Rilis Berita Statistik, di Jakarta, dilansir Antara, Rabu, 15 April 2024.
 
Baca juga: Masih Cemas, Pemerintah Terus Pelototi Dampak Ekonomi Global ke Perdagangan
 
Pudji menyampaikan, surplus neraca perdagangan yang panjang ini juga pernah terjadi selama 152 bulan berturut-turut, yakni pada Juni 1995 sampai April 2008. 
 
Surplus pada April 2024 ini lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan bulan yang sama pada tahun lalu.
 
Surplus neraca perdagangan April 2024 ini, lebih ditopang oleh surplus pada komoditas nonmigas, yaitu USD5,17 miliar dengan komoditas penyumbang surplus utamanya adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan nabati serta besi dan baja.
 
Pada saat yang sama, neraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,61 miliar, dengan komoditas penyumbang defisitnya adalah hasil minyak dan minyak mentah.

Defisit perdagangan migas 

Defisit perdagangan migas April 2024 ini lebih rendah dari bulan sebelumnya dan juga bulan yang sama pada tahun lalu.
 
BPS juga mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia menurut negara mitra dagang pada April 2024 adalah India (USD1,46 miliar), Amerika Serikat (USD1,09 miliar), dan Filipina (USD700 juta).
 
"Surplus terbesar dengan Indonesia didorong oleh bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan atau nabati dan logam mulia, perhiasan atau permata," kata Pudji.
 
Secara kumulatif hingga April 2024, surplus mencapai USD10,97 miliar atau mengalami penurunan USD5,08 miliar jika dibanding dengan periode yang sama tahun lalu.
 
Jika dilihat secara kumulatif, neraca perdagangan nonmigas terbesar mengalami surplus sebesar 17,68 miliar dolar AS, sedangkan migas defisit USD6,72 miliar.
 
Lebih lanjut, migas dan nonmigas mengalami penurunan secara kumulatif hingga April 2024 masing-masing sebesar USD700 juta dan USD4,37 miliar dibanding tahun lalu.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ANN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan