Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. FOTO: Medcom.id/Husen.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu. FOTO: Medcom.id/Husen.

Masih Cemas, Pemerintah Terus Pelototi Dampak Ekonomi Global ke Perdagangan

M Ilham Ramadhan • 23 April 2024 17:03
Jakarta: Pemerintah menyatakan bakal terus memonitor dampak pelambatan ekonomi global yang sedang terjadi. Hal itu dilakukan seiring dengan penyiapan antisipasi kebijakan untuk mendorong kinerja ekspor nasional.
 
Hal itu disampaikan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu terkait dengan rilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait kinerja perdagangan internasional Indonesia.
 
"Pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan ekonomi global dan kondisi geopolitik termasuk konflik Iran-Israel terhadap ekspor nasional. Pemerintah juga akan menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," ujar Febrio seperti dikutip dari siaran pers, Selasa, 23 April 2024.

Pemantauan dan penyiapan langkah antisipasi tersebut dilakukan lantaran aktivitas ekonomi sepanjang 2024 masih akan diwarnai beragam tantangan.
 
Hal itu dinilai dapat menghambat kegiatan perdagangan global seperti tensi geopolitik dan fragmentasi ekonomi yang akan berpengaruh terhadap global supply chain, tekanan nilai tukar dan sektor keuangan, serta perlambatan ekonomi Tiongkok sebagai negara mitra dagang utama Indonesia.
 
Sementara itu, menurut WEO (World Economic Outlook) yang terbit pada April 2024 proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2024 sebesar 3,2 persen, masih berada di bawah rata-rata tahunan historis (2000–2019) yang mencapai 3,8 persen.
 

Cetak surplus perdagangan


Adapun merujuk BPS, pada Maret 2024 neraca dagang Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar USD4,47 miliar. Itu memperpanjang capaian surplus neraca perdagangan Indonesia secara berturut-turut selama 47 bulan sejak Mei 2020.
 
Nilai tersebut lebih tinggi USD1,64 miliar dibandingkan surplus neraca perdagangan pada Februari 2024 dan lebih tinggi terhadap bulan yang sama di 2023 yang tercatat sebesar USD2,83 miliar.
 
Secara kumulatif, surplus neraca perdagangan Indonesia pada periode Januari hingga Maret mencapai USD7,31 miliar. Febrio mengatakan, capaian tersebut patut disambut baik dan dipertahankan.
 
"Ini tentunya patut kita syukuri, di tengah ketidakpastian perekonomian global, berlanjutnya surplus neraca perdagangan Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi domestik yang sangat baik," kata dia.
 
Secara rinci, nilai ekspor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar USD22,43 miliar, turun 4,19 persen (yoy). Namun, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, ekspor pada Maret 2024 meningkat 16,40 persen (mtm), sejalan dengan peningkatan harga komoditas ekspor global sepanjang bulan Maret, khususnya untuk komoditas batu bara dan logam mulia.
 
Jika dilihat secara sektoral, penurunan ekspor terjadi pada industri pertambangan, sedangkan industri pengolahan dan sektor pertanian masih tumbuh cukup baik sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi di negara mitra utama seperti AS dan India.
 
Sementara itu, Tiongkok sebagai mitra utama dengan share 22,44 persen terhadap total ekspor Indonesia, mengalami pertumbuhan yang terhambat akibat krisis properti yang juga berdampak pada termoderasinya aktivitas perdagangan Indonesia dan Tiongkok.
 
Baca juga: Hadapi Inflasi dan Stagflasi? Begini Antisipasinya
 

Total ekspor Januari-Maret capai USD62,20 miliar


Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari hingga Maret 2024 tercatat mencapai USD62,20 miliar, turun 7,25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD67,06 miliar.
 
Sementara, impor Indonesia pada Maret 2024 tercatat sebesar USD17,96 miliar atau turun 12,76 persen (yoy), didorong oleh menurunnya impor sektor nonmigas sebesar 16,72 persen (yoy) di tengah kenaikan impor sektor migas sebesar 10,34 persen (yoy).
 
Namun, jika dilihat dari sisi volume, impor pada bulan Maret 2024 masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,11 persen (yoy). Kemudian berdasarkan golongan penggunaan barang, impor barang modal dan bahan baku penolong mengalami penurunan, sedangkan impor barang konsumsi meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Lebaran.
 
Secara kumulatif, total impor Indonesia pada periode Januari hingga Maret 2024 tercatat mencapai USD54,90 miliar, turun sebesar 0,10 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu USD54,95 miliar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan