Hal tersebut lantaran Citi mulai melihat pertumbuhan demand untuk minyak dunia yang mulai melemah di negara maju termasuk Amerika Serikat. Selain itu, dana pengelolaan investor global yang dialokasikan ke pasar komoditi sudah mulai bergerak turun.
baca juga: Pertamina EP Tingkatkan Produksi Sumur Akasia Bagus Jadi 1.580 Barel per Hari |
“Terlihat ketika terjadi konflik geopolitk di Februari, terlihat alokasi dana investor global ke pasar komiditi meningkat tajam, namun sekarang sudah mulai bergerak turun. Sehingga harga minyak kembali bisa menurun,” jelasnya dikutip dari Antara, Kamis, 11 Agustus 2022.
Namun demikian harga batu bara yang menjadi sektor andalan Indonesia diprediksi Citi juga akan mengalami penurunan lantaran Tiongkok yang menjadi salah satu pasar ekspor Indonesia mulai menggenjot produksi domestik batu bara.
Meski begitu, penurunan harga batu bara masih berada di level yang cukup tinggi terhadap sebelum terjadinya konflik. Terutama suplai gas dari Rusia ke Eropa yang masih terganggu dan memaksa negara di Eropa mengaktifkan kembali energi yang bersumber dari batu bara.
Nilai tukar
Helmi juga menyebut Indonesia juga harus menghadapi tantangan dalam menjaga stabilitas eksternal yakni stabilitas nilai tukar.Menurutnya, selama masa pandemi yang mengakibatkan terjadinya capital outflow dari pasar obligasi, namun pasokan valas dalam negeri masih baik karena ditopang devisa hasil ekspor. Cadangan devisa pada Juli mulai bergerak turun, meskipun neraca perdagangan pada Juni surplus cukup besar.
“Kami rasa ke depannya penting memperhatikan diferensial suku bunga antara Rupiah dan Dolar terutama bunga dolar di luar negeri,” tuturnya.
Ia pun memperkirakan Bank Indonesia akan menaikkan BI-7 Day Reverse Repo Rate jelang akhir tahun.
“Suku bunga acuan Bank Indonesia yang tujuh hari kami perkirakan akan mulai bergerak naik, kami perkirakan naik dua kali 25 basis poin menjelang akhir 2022,” kata Helmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News