Pasca-Reformasi, SBY dan Jokowi merupakan dua Kepala Negara Republik Indonesia yang sama-sama memegang tampuk kekuasaan selama dua periode. SBY menjadi Presiden keenam RI pada periode 2004-2014. Sedangkan Jokowi menjadi Presiden ketujuh RI untuk periode 2014-2024.
Soal kinerja perekonomian, keduanya juga paling enak untuk dibandingkan. Jokowi diharap bisa melebihi SBY, agar ekonomi Indonesia bisa terus bertumbuh secara konstan sehingga bisa membawa RI jadi negara maju.
Sayangnya, ekonomi bukan sebuah jenjang yang setiap tahun bisa naik kelas. Ekonomi merupakan sebuah kegiatan yang harus diupayakan secara maksimal agar bisa terus bertumbuh. Caranya, dengan mengelola sumber daya dan tantangan secara seimbang.
Artinya, bukan berarti Era Jokowi ekonominya pasti lebih baik dibandingkan dengan Era SBY karena memerintah belakangan. Demikian pula sebaliknya. Untuk itu, Medcom.id mencoba merangkum kinerja ekonomi Indonesia pada masa Pemerintahan SBY dengan Jokowi selama delapan tahun berkuasa.
Nah, berikut perbandingan kinerja ekonomi era Pemerintahan SBY dengan Pemerintahan Jokowi selama delapan tahun masa pemerintahan, dikutip dari berbagai sumber yang dirangkum Medcom.id.
Era SBY (2005-2012)
1. Pertumbuhan ekonomi
Pemerintahan Presiden SBY mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,60 persen pada tahun pertamanya (2005), kemudian turun di tahun berikutnya (2006) menjadi 5,50 persen, dan menjulang hingga tumbuh 6,30 persen pada 2007.Selanjutnya pada 2008, gairah ekonomi Indonesia mengendur tipis menjadi hanya tumbuh sebesar 6,10 persen. Lalu jeblok menjadi 4,50 persen pada 2009, yang kemungkinan gara-gara pesta demokrasi sehingga fokus SBY terbagi.
Kemudian setahun di periode keduanya, SBY bisa kembali mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 6,10 persen pada 2010. Pada 2011, SBY semakin memantapkan perekonomian Indonesia karena berhasil tumbuh di angka 6,50 persen.
Di tahun kedelapannya, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 6,23 persen, turun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Secara rata-rata, ekonomi Indonesia di zaman Pemerintahan Presiden SBY tumbuh sebesar 5,73 persen selama periode 2005-2012.
2. Nilai PDB
Untuk perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada tahun pertama SBY menjabat, 2005, mencapai Rp2.729,7 triliun. Delapan tahun kemudian atau pada 2012, nilai PDB atas harga berlaku sebesar Rp8.241,9 triliun.Ini menandakan bahwa perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku era Presiden SBY untuk periode delapan tahun masa kepemimpinannya (2005-2012) mengalami peningkatan sebesar Rp5.512,2 triliun atau setara dengan 201,93 persen.
3. PDB per kapita
Sedangkan PDB per kapita atas dasar harga berlaku saat SBY menjabat di tahun pertamanya, 2005, mencapai Rp12,45 juta. Delapan tahun kemudian atau pada 2012, PDB per kapita Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai Rp33,3 juta atau USD3.562,6.Artinya, PDB per kapita Indonesia era Presiden SBY untuk periode delapan tahun masa kepemimpinannya (2005-2012) mengalami kenaikan sebesar Rp20,85 juta atau setara dengan 167,47 persen.
Baca juga: Bagaimana Nasib Ekonomi RI Dipegang Jokowi 8 Tahun? Begini Kisahnya.. |
Era Jokowi (2015-2022)
1. Pertumbuhan ekonomi
Pemerintahan Presiden Jokowi pada tahun pertamanya (2015) mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79 persen. Angkanya kemudian naik menjadi 5,02 persen pada tahun berikutnya di 2016.Selanjutnya pada 2017, ekonomi RI di tangan Jokowi sedikit lebih baik dengan pertumbuhan mencapai 5,07 persen. Membaik lagi di 2018, meski tipis, di angka pertumbuhan sebesar 5,17 persen.
Lalu di 2019, ekonomi Indonesia sedikit terkoreksi kembali ke pertumbuhan 5,02 persen. Lagi-lagi, penurunan pertumbuhan ekonomi ini terjadi karena kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres), dimana fokus Jokowi menjadi terbagi.
Di 2020, ekonomi Indonesia paling terpuruk akibat adanya wabah pandemi covid-19. Di tahun tersebut, pertumbuhan ekonomi tercatat minus hingga 2,07 persen.
Setahun berikutnya, pada 2021, ekonomi Indonesia mulai bangkit dengan pertumbuhan sebesar 3,69 persen. Dan di 2022 ekonomi RI tumbuh sebesar 5,31 persen, angka ini menjadi yang tertinggi di masa Pemerintahan Jokowi selama berkuasa.
Secara rata-rata, ekonomi Indonesia di zaman Pemerintahan Presiden Jokowi tumbuh sebesar 4,11 persen selama periode 2015-2022. Rendahnya angka ini akibat meluasnya penyebaran pandemi covid-19, yang tidak hanya meluluhlantakkan perekonomian di dalam negeri, tapi juga ekonomi secara global.
Parahnya, dampak pandemi covid-19 bagi Indonesia terasa selama dua tahun, yakni di 2020 dan 2021. Ekonomi Indonesia di dua tahun tersebut merosot, terutama di tahun pertama covid-19, yakni 2020.
2. Nilai PDB
Untuk perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada tahun pertama Jokowi menjabat, 2015, mencapai Rp11.540,8 triliun. Delapan tahun kemudian atau pada 2022, nilai PDB atas harga berlaku sebesar Rp19.588,4 triliun.Hal ini mengartikan bahwa perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku era Presiden Jokowi untuk periode delapan tahun masa kepemimpinannya (2015-2022) mengalami peningkatan sebesar Rp8.047,6 triliun atau setara dengan 69,73 persen.
3. PDB per kapita
Sedangkan PDB per kapita atas dasar harga berlaku saat satu tahun Jokowi menjabat, 2015, mencapai Rp45,2 juta atau USD3.377,1. Delapan tahun kemudian atau pada 2022, PDB per kapita Indonesia atas dasar harga berlaku mencapai Rp71,0 juta atau USD4.783,9..Artinya, PDB per kapita Indonesia era Presiden Jokowi untuk periode delapan tahun masa kepemimpinannya (2015-2022) mengalami kenaikan sebesar Rp25,80 juta atau setara dengan 57,08 persen.
Kesimpulan
Secara rata-rata untuk pertumbuhan ekonomi, nilai PDB, dan PDB per kapita, era pemerintahan Presiden SBY jauh lebih tinggi dari zamannya Jokowi. Ini disebabkan oleh adanya booming komoditas, yang ditopang oleh pertumbuhan double digit Tiongkok.Sedangkan era Presiden Jokowi mengalami banyak cobaan di masa pemerintahannya. Mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, konflik geopolitik Rusia-Ukraina, hingga pandemi covid-19.
Dua alasan terakhir yang disebutkan menjadi faktor paling parah yang menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia secara rata-rata pada 2015-2022. Namun demikian, seretnya perekonomian bukan hanya dialami Indonesia, tapi juga seluruh negara di dunia.
Indonesia dinilai masih lebih beruntung ketimbang negara-negara lainnya, termasuk negara maju yang terkontraksi cukup dalam. Ini ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan berkah booming komoditas yang membuat ekspor RI saat konflik geopolitik Rusia-Ukraina, melonjak drastis.
*Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id*
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id