Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan, kenaikan satu persen harga beras akan berimbas pada peningkatan inflasi umum di angka 0,03 persen hingga 0,04 persen.
"Tren kenaikan harga beras yang saat ini masih berlanjut tentu akan berdampak kepada inflasi Indonesia ke depan," kata Josua dilansir Media Indonesia, Senin, 11 September 2023.
Beras penyusun inflasi terbesar
Sejauh ini, beras merupakan penyusun inflasi terbesar, sejalan dengan tingginya konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.Per akhir Agustus 2023, data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) menunjukkan harga beras mencapai Rp13.800 per kilo gram (kg).
Angka tersebut, kata Josua, naik 1,8 persen dibandingkan harga beras pada akhir Juli 2023. Kenaikan harga tersebut nantinya tercermin di angka inflasi umum nasional.
Baca juga: Mengenal Inflasi/Deflasi, Mana yang Lebih Baik? |
Itu sedianya ditunjukkan dengan andil beras terhadap tingkat inflasi yang mencapai 0,05 persen bulan lalu.
Tingkat inflasi umum yang saat ini relatif masih terkendali, banyak didorong oleh penurunan harga komoditas pangan lainnya.
Daging ayam ras, bawang merah, dan telur ayam secara keseluruhan mencatatkan deflasi 0,07 persen pada Agustus 2023.
Sementara itu, dampak fluktuasi harga minyak terhadap inflasi Indonesia saat ini juga dinilai relatif minimal. Sebab sebagian besar konsumsi masyarakat terhadap produk terkait minyak, yakni BBM Pertalite dan LPG dikontrol oleh pemerintah.
"Dengan demikian, fluktuasi harga minyak akan lebih berpengaruh kepada naik turunnya belanja subsidi energi pemerintah, bukan kepada inflasi," terang Josua.
Inflasi tahun ini diprediksi masih dilevel 3%
Lebih lanjut, dia memperkirakan inflasi pada tahun ini masih berada di angka tiga persen untuk akhir 2023, sesuai dengan kisaran target pemerintah.Guna menjaga tingkat inflasi itu tetap terkendali, pengambil kebijakan dirasa perlu untuk terus memperkuat kebijakan penanganan inflasi yang telah dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News