Ilustrasi. Foto: Freepik.
Ilustrasi. Foto: Freepik.

Mengenal Inflasi/Deflasi, Mana yang Lebih Baik?

Husen Miftahudin • 01 September 2023 15:57
Jakarta: Sadar atau tidak, inflasi/deflasi selalu hadir dalam aktivitas kegiatan masyarakat, utamanya pada kegiatan transaksi jual-beli. Nilai uang dan barang atau jasa yang didapatkan pembeli dan penjual, disadari atau tidak, pasti mengalami pergerakan secara volatilitas.
 
Jika nilai barang tersebut mengalami kenaikan harga, maka hal tersebut disebut sebagai inflasi. Di sisi lain, nilai uang pada saat terjadi inflasi justru mengalami penurunan.
 
Misalnya, pada Januari harga telur ayam satu kilogram dihargai sebesar Rp30 ribu. Kemudian karena sejumlah faktor, harga telur ayam satu kilogram tersebut mengalami kenaikan menjadi Rp31.500 pada Februari.

Kenaikan harga pada telur ayam itulah yang disebut sebagai inflasi. Jika dihitung secara bulanan (Januari-Februari), maka inflasi pada harga telur ayam tersebut sebesar lima persen.
 
Sementara pada saat yang sama, nilai uang ketika terjadi inflasi mengalami penurunan. Sebab pada Februari, untuk membeli telur ayam dengan berat yang sama, kita harus mengeluarkan uang lebih banyak ketimbang saat kita membeli barang dan berat yang sama di Januari.
 
Secara harfiah, mengutip berbagai sumber yang dirangkum Medcom.id, inflasi merupakan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Penyebabnya karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.
 

Apa itu deflasi?

Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi itu sendiri. Jika inflasi itu terjadi karena adanya kenaikan harga pada barang dan jasa, maka deflasi itu terjadi karena harga pada barang dan jasa tersebut mengalami penurunan.
 
Misalnya, pada Januari harga telur ayam satu kilogram dihargai sebesar Rp30 ribu. Kemudian karena sejumlah faktor, harga telur ayam satu kilogram tersebut mengalami penurunan menjadi Rp28.500 pada Februari.
 
Penurunan harga pada telur ayam itulah yang disebut sebagai deflasi. Sementara pada saat yang sama, nilai uang ketika terjadi deflasi mengalami penambahan.
 
Sebab pada Februari, untuk membeli telur ayam dengan berat yang sama, kita harus mengeluarkan uang lebih sedikit ketimbang saat kita membeli barang dengan berat yang sama di Januari.
 
Secara singkatnya, deflasi adalah keadaan yang menunjukkan daya beli uang meningkat dalam masa tertentu karena jumlah uang yang beredar relatif lebih kecil daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia.
 

Penyebab inflasi

Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab inflasi. Mengutip dari laman Bank Indonesia (BI), penyebab inflasi adalah karena adanya tekanan dari sisi suplai (cost push inflation) atau adanya peningkatan biaya produksi.
 
Selanjutnya dari sisi permintaan (demand pull inflation), atau permintaan yang tinggi terhadap suatu barang atau jasa sehingga membuat harga barang atau jasa tersebut mengalami kenaikan.
 
Kemudian ekspektasi inflasi, yaitu perilaku masyarakat yang seringkali memprediksi atau menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya.
 
Hal lain yang menjadi penyebab inflasi adalah bertambahnya uang yang beredar di masyarakat, dan ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran.
 
Selain itu, kekacauan ekonomi dan politik, utang nasional yang mencakup pinjaman dan pengeluaran negara, hingga pergerakan nilai tukar (kurs) mata uang bisa juga menjadi penyebab inflasi.
 
Baca juga: Sering Dengar? Ini 10 Istilah Ekonomi yang Bikin Kepala Pening
 

Dampak inflasi

Dampak inflasi secara keseluruhan tentu tidak bisa dianggap sepele. Inflasi yang tinggi bisa menyebabkan pendapatan riil masyarakat terus tergerus, karena harga barang yang semakin mahal.
 
Walhasil, standar hidup juga akan semakin turun. Kondisi ini akan membuat masyarakat yang sudah tergolong miskin, menjadi semakin miskin.
 
Selain itu, inflasi yang tinggi tentu akan membuat masyarakat semakin kesulitan memiliki rumah. Pasalnya, inflasi yang tinggi akan direspons oleh bank sentral dengan menaikkan bunga yang berimplikasi pada kenaikan bunga kredit rumah.
 
Bahkan, inflasi yang tinggi, terutama jika lebih tinggi dibandingkan negara lain juga akan menjadikan tingkat bunga domestik menjadi tidak kompetitif. Situasi ini tentu akan memberikan beban terhadap nilai tukar mata uang.
 
Dampak inflasi yang tidak stabil juga akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan.
 
Inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.
 

Deflasi lebih baik?

Jika melihat dampak inflasi yang telah disebutkan di atas, nampaknya memang deflasi seperti menguntungkan karena harga-harga barang dan jasa lebih terjangkau bagi konsumen. Adanya deflasi adalah jalan yang dianggap bisa menghemat pengeluaran lebih besar dibanding sebelumnya.
 
Namun nyatanya, deflasi yang terlalu dalam secara terus-menerus juga bisa merugikan konsumen, produsen, dan perekonomian negara itu sendiri.
 
Sebab, deflasi bisa berdampak pada menurunnya angka permintaan pasar, sehingga memaksa para produsen mengurangi jumlah produksinya.
 
Selanjutnya, banyaknya penutupan pabrik, penurunan pendapatan, hingga meningkatnya gagal bayar baik dari perusahaan ataupun individu.
 
Kemudian, deflasi juga bisa meningkatkan angka pengangguran. Ini terjadi akibat banyaknya pengurangan karyawan perusahaan akibat dari penurunan keuntungan perusahaan.
 
Baca juga: Daftar Wilayah Terbaik Mengendalikan Inflasi
 

Lebih baik inflasi atau deflasi?

Diungkapkan Bank Indonesia, perekonomian suatu negara menjadi lebih baik jika harga barang dan jasa mengalami kestabilan. Hal ini tentu didukung oleh nilai tukar mata uang yang juga stabil.
 
Kestabilan harga barang dan jasa secara umum diukur dari inflasi yang rendah dan stabil. Sementara itu, kestabilan nilai tukar mata uang diukur dari kestabilan nilai tukar mata uang tersebut terhadap mata uang negara lain.
 
Kestabilan nilai tukar mata uang dalam artian inflasi yang rendah, dan stabil, serta kestabilan nilai tukar mata uang sangat penting bagi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
 
Kestabilan nilai tukar mata uang diperlukan dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mendukung tercapainya inflasi yang rendah dan stabil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(HUS)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan