Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. FOTO: Kemenko Perekonomian
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. FOTO: Kemenko Perekonomian

Airlangga: Neraca Dagang RI Berpotensi Surplus USD60 Miliar di 2022

Antara • 25 Oktober 2022 13:50
Jakarta: Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan neraca perdagangan Indonesia diperkirakan mengalami surplus USD60 miliar di tahun ini. Kondisi itu diharapkan berdampak positif terhadap postur perekonomian Tanah Air di masa mendatang.
 
"Angka itu lebih besar dari surplus neraca perdagangan selama ledakan harga komoditas terakhir pada 2010 dan 2011 yang sekitar USD22 miliar dan USD26 miliar," ujar Menko Airlangga, dalam acara Indonesia's Economic Priorities, dilansir dari Antara, Selasa, 25 Oktober 2022.
 
Adapun selama Januari hingga September 2022 neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus sebesar USD39,87 miliar. Kinerja sektor eksternal yang kuat tersebut pun berhasil menopang konsumsi dan investasi secara konsisten. Dengan demikian pemerintah memproyeksikan ekonomi akan tumbuh sekitar 5,2 persen secara tahunan pada akhir tahun ini.

Hingga triwulan II-2022 ekonomi Indonesia berjalan dengan sangat baik dan berhasil berbalik arah dari pandemi covid-19 sehingga mampu tumbuh 5,44 persen secara tahunan.
Baca: Bahlil Cs Ancang-ancang Hadapi Target Investasi di Kegelapan Ekonomi Tahun Depan

Selain itu, ia menuturkan, berbagai lembaga internasional pun memiliki perkiraan yang kurang lebih sama sama, salah satunya Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang tetap optimistis Indonesia akan tumbuh 5,3 persen tahun ini, meski ekonomi global hanya tumbuh 3,2 persen.
 
"Kemudian untuk 2023 IMF memproyeksikan Indonesia mampu tumbuh di kisaran lima persen dibandingkan dengan global yang hanya mampu tumbuh 2,7 persen," ucap Airlangga Hartarto.
 
Kendati demikian, ia mengingatkan saat ini dunia sedang dihantui oleh pembentukan awan gelap yang sedang mengumpulkan kecepatan untuk kemungkinan terjadinya badai yang sempurna alias perfect storms. Awan tersebut berasal dari lima faktor yakni covid-19, konflik di Ukraina, harga komoditas, biaya hidup, dan perubahan iklim.
 
Meski demikian, ia meyakini seluruh dunia, termasuk Indonesia, bisa menghadapi badai tersebut dengan keyakinan yang lebih kuat pada strategi kebijakan tentang prioritas untuk mengatasi tantangan ke depan.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan