| baca juga: Inflasi Tembus 8,3%, Bagaimana Kondisi Ekonomi AS? |
"Kita baru saja melihat tadi malam angka inflasi AS di level 8,3 persen secara tahunan pada Agustus 2022, yang menyebabkan reaksi negatif," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, dikutip dari Antara, Rabu, 14 September 2022.
Ia menyebutkan reaksi negatif tersebut terjadi lantaran kenaikan inflasi Negeri Paman Sam bukan hanya terjadi pada inflasi indeks harga konsumen (IHK), tetapi inflasi intinya pun juga meningkat.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa IHK negara itu naik 0,1 persen secara bulanan pada Agustus 2022, dengan kenaikan 8,3 persen secara tahunan.
Inflasi inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,6 persen secara bulanan dan 6,3 persen secara tahunan. Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar.
Maka dari itu, Sri Mulyani akan terus memantau kondisi global tersebut karena berpotensi mempengaruhi tiga asumsi makro Indonesia ke depannya, yakni pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan nilai tukar rupiah, terutama pada 2023.
"Tentu perlu untuk terus diamati dan diantisipasi kalau guncangan global bergerak ke arah yang tidak dapat diprediksi," ucap dia.
Adapun untuk 2023, sambung dia, pertumbuhan ekonomi ditargetkan mencapai 5,3 persen. Target tersebut dengan harapan situasi dunia tidak memburuk, baik dari sisi keamanan, geopolitik, maupun dampak dari kinerja ekonomi global akibat kenaikan suku bunga acuan bank sentral dunia yang diperkirakan akan semakin tinggi dan cukup cepat kenaikannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id