Ani menjelaskan para investor hanya melakukan penyesuaian (repositioning) berdasarkan prospek SUN dalam kondisi perekonomian AS saat ini, setelah terpilihnya Donald Trump di Pemilu AS.
"Kalau kabur tidak, istilahnya mereka melakukan repositioning, jadi kan mereka melakukan posisi dari sisi relatif harga yang dimiliki dan prospek yang dia lihat," kata Ani di Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Jumat (11/11/2016).
Dijelaskan Ani, para investor memiliki harapan dan juga meraba situasi terhadap situasi AS baik dari sisi kebijakan fiskal presiden baru maupun dari sisi moneter the Federal Reserve yang akan berpengaruh pada jumlah surat utang di AS termasuk juga tingkat bunganya dan dibandingkan dengan risiko dengan surat utang Indonesia.
Baca: Sell-off di Pasar Obligasi Regional Jadi Penyebab Lemahnya Rupiah
"Kalau dari sisi bondholder, dari pemilik bond, dia akan terus melakukan kalibrasi atau pertukaran atas apa yang dia anggap aman," ujar dia.
Di Indonesia, dirinya selalu menekankan pada investor terkait kondisi perkonomian domestik yang mana dari sisi pertumbuhan termasuk relatif paling tinggi di dunia. Lalu dari sisi ekonomi makro baik fiskal maupun eksposur utang dalam kondisi yang baik. Dirinya akan terus mengelola dan menjaga situasi ekonomi agar tak perlu menjadi kekhawatiran yang tak berdasar.
"Secara rasional fondasi ekonominya masih bisa dijelaskan dengan angka-angkq yang cocok, artinya kredibel. Sehingga faktor spekulasi harusnya bisa diredam," tutur Ani.
Lagi pula, dia menekankan, profil utang di Indonesia paling rendah yakni dengan profil maturity yang relatif panjang dan defisit APBN yang kecil dibanding negara-negara lain.
"Dan itu yang ingin saya tekankan, tak ada alasan untuk mereka merasa khawatir terhadap fondasi pengelolaan APBN sehingga dia harus melepaskan SBN-nya," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id