Jakarta: Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) perikanan tangkap yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencapai Rp731,18 miliar atau tumbuh 111,8 persen hingga semester I-2022. Angka tersebut mendekati capaian sepanjang tahun lalu yang sebesar Rp784 miliar.
"Peningkatan ini dari kenaikan harga ikan, kemudian dari penambahan kapal. Kalau tahun lalu hanya 5.600 unit izin kapal yang kita keluarkan, sekarang 6.400 unit," kata Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini di Kantor KKP, Jakarta, Kamis, 28 Juli 2022.
PNBP perikanan yang tumbuh 111,8 persen itu menjadi yang tertinggi di antara komoditas non-minerba lainnya. PNBP kehutanan misalnya, hanya menorehkan 1,4 persen pertumbuhan sepanjang semester I-2022. Lalu, PNBP panas bumi sebesar 8,6 persen.
Zaini optimis capaian PNBP perikanan tangkap sampai akhir tahun nanti bisa mencapai target Rp1,67 triliun. Hal ini seiring dengan uji coba penerapan kebijakan penerapan terukur yang dimulai pertengahan Agustus nanti.
"Dengan kebijakan terukur atau pascaproduksi bisa diterapkan, ini bisa meningkat lagi PNBP," ujarnya.
Soal target produksi perikanan tangkap sampai akhir tahun sebanyak 8,3 juta ton, Ditjen Perikanan Tangkap baru mencapai 3,92 juta ton di semester I tahun ini. Angka ini naik 1,55 persen dari periode yang sama di 2021.
"Kenapa angka ini masih kecil, karena musim ikan biasanya mulai di Oktober, November, Desember. Itu nanti biasanya ada lonjakan," ucap Zaini.
Untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) ditargetkan mencapai 106 hingga akhir tahun ini. Namun, hingga Juni 2022, rata-rata NTN sudah mencapai 107,46
Selain itu, soal data perizinan tangkap menunjukkan jumlah surat izin usaha perikanan (SIUP) yang diterbitkan mencapai 4.659 dokumen. Sementara perizinan berusaha subsektor penangkapan ikan mencapai 5.711 dokumen dan subsektor pengangkutan ikan sebanyak 497 dokumen.
"Peningkatan ini dari kenaikan harga ikan, kemudian dari penambahan kapal. Kalau tahun lalu hanya 5.600 unit izin kapal yang kita keluarkan, sekarang 6.400 unit," kata Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Muhammad Zaini di Kantor KKP, Jakarta, Kamis, 28 Juli 2022.
PNBP perikanan yang tumbuh 111,8 persen itu menjadi yang tertinggi di antara komoditas non-minerba lainnya. PNBP kehutanan misalnya, hanya menorehkan 1,4 persen pertumbuhan sepanjang semester I-2022. Lalu, PNBP panas bumi sebesar 8,6 persen.
Zaini optimis capaian PNBP perikanan tangkap sampai akhir tahun nanti bisa mencapai target Rp1,67 triliun. Hal ini seiring dengan uji coba penerapan kebijakan penerapan terukur yang dimulai pertengahan Agustus nanti.
"Dengan kebijakan terukur atau pascaproduksi bisa diterapkan, ini bisa meningkat lagi PNBP," ujarnya.
Baca juga: KKP Sebut 2,2 Juta Nelayan Merugi Gara-gara Harga BBM Naik |
Soal target produksi perikanan tangkap sampai akhir tahun sebanyak 8,3 juta ton, Ditjen Perikanan Tangkap baru mencapai 3,92 juta ton di semester I tahun ini. Angka ini naik 1,55 persen dari periode yang sama di 2021.
"Kenapa angka ini masih kecil, karena musim ikan biasanya mulai di Oktober, November, Desember. Itu nanti biasanya ada lonjakan," ucap Zaini.
Untuk Nilai Tukar Nelayan (NTN) ditargetkan mencapai 106 hingga akhir tahun ini. Namun, hingga Juni 2022, rata-rata NTN sudah mencapai 107,46
Selain itu, soal data perizinan tangkap menunjukkan jumlah surat izin usaha perikanan (SIUP) yang diterbitkan mencapai 4.659 dokumen. Sementara perizinan berusaha subsektor penangkapan ikan mencapai 5.711 dokumen dan subsektor pengangkutan ikan sebanyak 497 dokumen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News