Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani. Foto: Medcom.id/Kautsar Widya.

Sri Mulyani: Pandemik Korona Picu Krisis

Suci Sedya Utami • 13 Maret 2020 15:01
Jakarta: Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan krisis yang terjadi pada sektor ekonomi kali ini dipicu oleh wabah baru yang menyerang kesehatan dari orang ke orang di dunia. Wabah baru ini adalah virus korona (covid-19).
 
Ani, sapaan akrab dirinya, mengatakan kondisi ini berbeda dengan situasi krisis pada 2008-2009. Ia bilang krisis keuangan pada tahun tersebut dipicu oleh bangkrutnya lembaga keuangan Lehman Brothers sehingga menimbulkan dampak sistemik global.
 
Dalam menghadapi krisis tersebut ada mekanisme koordinasi kebijakan secara global yang dikenal dengan Forum G20. Para pemimpin dunia, terutama di level Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, melahirkan banyak kebijakan untuk menciptakan dan meningkatkan manajemen kehati-hatian bagi lembaga keuangan.

"Kita tentu berharap bahwa krisis yang sekarang ini pemicunya kan kesehatan pandemik, jadi dalam hal ini memang dari sisi kesehatan secara global, karena tidak ada satu negara, tapi kepada seluruh dunia, lebih dari 100 negara terkena," kata Ani di Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat, 13 Maret 2020.
 
Baca: Puncak Penyebaran Virus Korona Diprediksi 60-80 Hari ke Depan
 
Ani bergarap pada momen saat ini pun ada mekanisme yang bisa menciptakan koordinasi kepemimpinan di tingkat global untuk menciptakan suatu langkah sinkronisasi untuk segera memitigasi dampak penyebaran korona.
 
Sebab, pandemik tersebut telah menyerang dan merontokkan sistem keuangan dalam sekejap. Misalnya, saham-saham Wall Street yang jatuh lebih dari 10 persen. Saat ini beberapa negara yang dianggap sebagai safe heaven country (negara aman berinvestasi), termasuk Indonesia, mengalami pelemahan di atas lima persen.
 
Di Indonesia, kata Ani, pemerintah dan otoritas terkait saat ini fokus memperhatikan perkembangan yang terjadi di dunia secara teliti sembari melakukan upaya antisipasi dan mitigasi.
 
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengatakan, dalam situasi seperti saat ini, fleksibilitas kebijakan menjadi hal yang penting. Dirinya mengatakan sebuah kebijakan bukan bersifat mutlak atau harga mati. Kebijakan harus mampu merespons kondisi yang bergerak agar bisa terus diperbaiki.
 
"Fleksibilitas adalah yang paling penting. Kita akan lihat secara terbuka, pragmatis, dan evidance. Kita merespons. Fleksibilitas dan responsif adalah kata kunci dan kita akan terus transparan kepada seluruh pelaku ekonomi. Ini yang kita lakukan dan kami akan terus berkoordinasi," jelas Ani.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan