Meski begitu, Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Wihadi Wiyanto yakin penurunan itu tak berimbas pada penerima program jaring pengaman sosial.
Dia optimistis tahun depan ekonomi Indonesia akan lebih baik. Dengan begitu, jumlah masyarakat penerima program jaring pengaman sosial diharapkan menurun. Harapan itu cukup beralasan karena pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 cukup positif, yakni 7,07%.
"Saya kira dengan pertumbuhan ekonomi yang positif, yang menerima jaring pengaman sosial akan menurun," kata Wihadi melalui keterangan tertulis, Rabu, 18 Agustus 2021.
Wihadi mengatakan penurunan anggaran perlindungan sosial tidak perlu direspons negatif. "Anggarannya juga masih cukup besar kok," ujarnya.
Wihadi menilai anggaran perlindungan sosial yang dialokasikan pemerintah untuk 2022 masih positif. Bahkan, menurut dia, anggaran perlindungan sosial itu masih cukup tinggi kenaikannya dibandingkan 2020 yang sebesar Rp233,69 triliun.
"Kenapa 2021 lebih tinggi dibandingkan 2022? Karena memang pada saat itu masanya adalah masa pandemi," kata Wihadi.
Menurut dia, pelaksanaan program perlindungan sosial sering banyak masalah, seperti penerima ganda dan pemotongan oleh oknum di lapangan. Pemerintah sudah mengatasi masalah-masalah tersebut. Wihadi yakin selanjutnya Kementerian Sosial bisa lebih efektif menjalankan program tersebut dengan sistem yang langsung kepada masyarakat.
"Jadi, tidak lagi melalui pihak ketiga, melalui dinas-dinas yang mungkin juga bisa melakukan pemotongan," kata Wihadi.
Baca: APBN 2022 Dirancang Responsif untuk Dukung Pemulihan Kesehatan dan Ekonomi
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan belanja pemerintah dalam RAPBN 2022 memang ditujukan untuk kesehatan dan bantuan sosial. Kesehatan penting, namun bantuan sosial yang diperluas. Dalam hal ini untuk membantu yang mengalami hardship, sektor pangan dan pendidikan, serta membantu yang mengalami tekanan di sektor tenaga kerja.
"Jadi social safety net atau jaring pengaman sosial kita diekspansi baik dari jumlah penerimanya maupun manfaat penerimaannya,” kata Sri Mulyani.
Konsumsi masyarakat diharapkan tetap menjadi komponen utama yang mendukung kinerja ekonomi. Lalu, didukung penguatan dan penyempurnaan program perlindungan sosial secara efektif dan tepat sasaran bagi masyarakat miskin dan rentan miskin agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Sementara itu, konsumsi pemerintah akan diarahkan untuk pelayanan publik yang efisien.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News