Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan, meski ekonomi diprediksi membaik di tahun depan namun pemerintah akan terus berhati-hati terhadap risiko ketidakpastian yang masih tinggi ke depannya,
"Risiko ketidakpastian baik itu yang berasal dari tidak meratanya pemulihan ekonomi secara global, maupun risiko ketidakpastian penanganan pandemi," kata dia dalam media briefing, Rabu, 18 Agustus 2021.
Febrio menjelaskan, kebijakan fiskal 2022 yang countercyclical ini mencerminkan upaya pemerintah untuk tetap mendorong kesiapan sistem kesehatan, pemulihan ekonomi masyarakat dan melanjutkan reformasi struktural yang telah dilakukan.
"Di saat yang sama, pemerintah akan mengendalikan risiko fiskal agar keberlanjutan fiskal jangka panjang tetap dapat dijaga," ungkap dia.
Pada 2022, pemerintah merencanakan belanja negara sebesar Rp2.708,7 triliun dengan pendapatan negara ditargetkan sebesar Rp1.840,7 triliun. Dengan komposisi tersebut, defisit anggaran 2022 direncanakan sebesar 4,85 persen terhadap PDB atau Rp868 triliun.
"Rencana defisit 2022 yang lebih kecil dari outlook 2021 memiliki arti penting sebagai langkah untuk mencapai konsolidasi fiskal, mengingat 2023 defisit anggaran diharapkan dapat kembali ke disiplin fiskal yaitu defisit maksimal tiga persen PDB," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News