Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martoawardojo mengatakan kebijakan tersebut bukan pertama kalinya yang dilakukan negara Paman Sam tersebut.
Menurutnya, pemerintah AS tidak menutup semua aktivitas pemerintah melainkan hanya beberapa saja terutama ditinggkat federal. Sehingga dampak bagi perekonomian Indonesia sangat minim.
"Shutdown di Amerika bukan yang pertama kali, kami melihat ini bersifat temporer. Dampaknya ke Indonesia minim sekali," ungkap Agus di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa, 23 Januari 2018.
Baca: Hari Kerja Dimulai Namun Kantor Pemerintah AS Ditutup
Sebelumnya Peneliti Indef Bhima Yudhistira juga mengungkapkan hal serupa. Ia memperkirakan dampak penutupan pemerintah AS ini terhadap ekonomi Indonesia minim khususnya terhadap pergerakan nilai tukar rupiah secara temporer.
Dirinya memproyeksikan rupiah masih berada dalam rentang yang terkendali di kisaran Rp13.350-Rp13.400 per USD ketika terjadi shutdown karena pada masa shutdown, dolar AS cenderung melemah terhadap mata uang negara lainnya.
"Terjadinya shutdown menyebabkan prospek pemulihan ekonomi AS bisa terganggu. Dalam posisi ini justru rupiah akan diuntungkan. IHSG pun masih tetap positif diangka 6.490-6.500, didorong oleh sentimen investor dalam negeri terhadap prospek pemulihan ekonomi Indonesia," kata dia kepada Medcom.id.
Seperti diketahui, hari ini Presiden AS Donald Trump telah menandatangani rencana anggaran pengganti untuk mendanai pemerintahan hingga awal Februari. Dengan ditandatangani rencana anggaran itu artinya shutdown pemerintahan AS telah berakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News