“Bank Indonesia diperkirakan meningkatkan suku bunga di September dan Desember masing-masing sebanyak 25 bps sehingga BI 7 Day Reverse Repo Rate akan berada di posisi empat persen pada akhir 2022,” kata Rully, dikutip dari Antara, Selasa, 12 Juli 2022.
| baca juga: Pemerintah Diminta Koordinasi Redam Inflasi |
Menurutnya, Bank Indonesia akan mulai mempertimbangkan meningkatkan suku bunga acuan ketika inflasi inti telah mencapai tiga persen year on year, yang diperkirakan akan terjadi pada September.
"Sejalan dengan kondisi perekonomian yang akan mengalami akselerasi di semester II, kami memperkirakan inflasi inti akan mengalami kenaikan," katanya.
Pada Juni 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi mencapai 4,35 persen year on year, tetapi inflasi inti baru mencapai 2,36 persen yang disebabkan oleh kenaikan harga bahan pangan. Adapun kenaikan harga bahan pangan tersebut lebih disebabkan oleh gangguan pasokan sehingga kenaikan suku bunga acuan BI memang sebaiknya ditahan.
"Menurut kami, inflasi sampai Juni 2022 memang lebih efektif diatasi bukan dengan meningkatkan suku bunga acuan, tetapi memperbaiki distribusi," katanya.
Saat ini konsumsi masyarakat memang sudah membaik dibandingkan saat pandemi covid-19, tetapi konsumsi tersebut belum kembali kepada level sebelum pandemi.
Rully pun mengapresiasi langkah BI yang masih menahan peningkatan suku bunga acuan dan upaya pemerintah untuk menjaga pasokan bahan pangan, termasuk melalui diplomasi dengan negara penghasil bahan pangan utama.
"Kemarin Presiden Jokowi sudah mengunjungi Ukraina dan Rusia untuk memperlancar pasokan bahan-bahan makanan agar suplai global tidak terhambat, jadi berbagai cara telah dilakukan pemerintah," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News